konsolidasi buruh

Senin, 28 September 2020

PENGGUNAAN PUTUSAN MA 378 TAK MEMPAN HAMBAT BURUH NEGOISASIKAN PKB


KUTIPAN PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRI 

PADA PENGADILAN NEGERI JAWA BARAT (INCRACH DAN FINAL)

TENTANG GUGATAN POSISI HUKUM LOMENIK SBSI DALAM MELAKUKAN NEGOISASI PKB TERKAIT PUTUSAN MA 378 (PENGGUNAAN  LOGO SBSI)

TERGUGAT DIPERINTAHKAN UNTUK MELAKSANAKAN PUTUSAN PENGADILAN MENGGANTI PERATURAN PERUSAHAAN MENJADI PKB DENGAN MENEGOISASIKANNYA DENGAN LOMENIK SBSI


Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

NOMOR : 72/Pdt.Sus-PHI/2020/PN.Bdg.

"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung Kelas I

A Khusus, yang memeriksa dan mengadili perkara perselisihan hubungan

industrial dalam tingkat pertama, telah menjatuhkan Putusan sebagaimana

tersebut dibawah ini, dalam perkara antara :

1. Nama : ERWIN SEPTIAWAN

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 9 September 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0945

Alamat : Kp. Cimelati, RT. 001 RW. 002 Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

2. Nama : TINO AGUSTINO

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 15 Agustus 1984

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0790

Alamat : Kp. Nangklak, RT. 001 RW. 002, Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

3. Nama : BAMBANG SUGIANTO

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 31 Desember 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Halaman 1 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Nik : 0189

Alamat : Kp. Pasawahan, RT. 003 RW. 001, Desa

Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten

Sukabumi, Jawa Barat

4. Nama : KRISTIAN

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 25 Desember 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0839

Alamat : Kp. Cimelati, RT. 001 RW. 002, Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

5. Nama : USUP SAEPUDIN

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 16 April 1980

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0096

Alamat : Kp. Selawi, RT. 002 RW. 005 Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

6. Nama : TRIANA

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 30 Agustus 1982

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0095

Alamat : Kp. Cibeber Girang RT. 001 RW. 003 Desa Tenjo

Ayu, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi,

Jawa Barat

Halaman 2 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

7. Nama : ARI NURJAMAN A

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 23 Januari 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0799

Alamat : Kp. Cimelati RT. 004 RW. 002 Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

8. Nama : YOHAN BUDIMAN

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 25 September 1981

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0733

Alamat : Kp. Cimelati, RT. 003 RW. 002, Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

9. Nama : LUKMAN NULHAKIM

Tempat, Tgl Lahir : Jakarta, 26 Juli 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0796

Alamat : Kp. Pasawahan, RT. 004 RW. 002, Desa

Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten

Sukabumi, Jawa Barat

10. Nama : JEFRI

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 9 Januari 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Halaman 3 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0884

Alamat : Kp. Cimelati, RT. 002 RW. 002, Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

11. Nama : RIZKI JULISTIAWAN JUNAEDI

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 26 Juli 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0958

Alamat : Kp. Pancawati, RT. 006 RW. 003, Desa Kutajaya,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

12. Nama : YUVI SAEFUL BACHRI

Tempat, Tgl Lahir : Sukabumi, 17 Oktober 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pekerja PT. Djoyonegoro C-1000

Nik : 0701

Alamat : Kp. Cisaat, RT. 001 RW. 001, Desa Cisaat,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat

Kesemuanya adalah Pengurus Komisariat Federasi LOMENIK SBSI PT.

Djoyonegoro C-1000, dengan Nomor bukti pencatatan No. : 17/Kab./SMI/V/

2018, bertindak untuk dan atas nama PK F-LOMENIK SBSI PT.

Djojonegoro C-1000;

Dalam hal ini dikuasakan kepada: JHON KENEDI, ENJAM KADI, EKO

SUPRIYANTO, FREDDY JOHANNES SIMBOLON dan HENDRAMAWAN,

kesemuanya adalah Warga Negara Indonesia, Dewan Pengurus Cabang

Halaman 4 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Federasi LOMENIK KSBSI Bogor Raya yang beralamat di Jl. Pahlawan No.

43 RT. 02/05 Kelurahan Karang Asem Barat Kecamatan Citeureup

Kabupaten Bogor, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 21 September

2019, selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

L a w a n

PT. DJOYONEGORO C-1000, yang diwakili oleh WINDY DJOJONEGORO

dalam jabatannya sebagai Direktur, berkedudukan di Jl.

Gatot Subroto Kav. 99 Jakarta;

Dalam hal ini dikuasakan kepada: AGUS SISWANTO, dalam jabatannya

sebagai Kepala Bagian Personalia dan Umum PT. Djoyonegoro C-1000

beralamat di Jl. Siliwangi KM. 18,9 Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tertanggal 23 April 2020, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Tersebut ;

Setelah membaca surat-surat dalam perkara ini;

Setelah mendengar pihak yang berperkara;

Setelah memperhatikan surat-surat bukti yang diajukan di persidangan;

Setelah mendengar keterangan saksi-saksi;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA.

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 7 April

2020, yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial

pada Pengadilan Negeri Bandung Kelas I A Khusus pada tanggal 7 April 2020,

dengan register Nomor 72/Pdt.Sus-PHI/2020/PN.Bdg. telah mengajukan hal-hal

sebagai berikut :

Adapun duduk perkara sehingga diajukannya gugatan perkara a quo, adalah

perihal Perselisihan hak dan atau kepentingan, terkait hak untuk berunding

dan hak atau kepentingan untuk membuat Perjanjian Kerja Bersama, sebagai

berikut;

Halaman 5 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

1. Bahwa Tergugat (PT. Djojonegoro C-1000) adalah perusahaan yang

memproduksi minuman suplemen merk C-1000, mempekerjakan karyawan

kurang lebih 400 orang, berlokasi di Jl. Siliwangi KM. 18,9 Desa Pasawahan,

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, (43359);

2. Bahwa Penggugat adalah Serikat Buruh Pengurus Komisariat Federasi

LOMENIK SBSI (PK F-LOMENIK SBSI) PT. Djoyonegoro C-1000, tercatat di

Dinas Tenga Kerja Kabupaten Sukabumi melalui surat No. 251/093 - HI

SYAKER/V/2018, tanggal.16 Mei 2018, dengan Nomor bukti pencatatan No. :

17/Kab./SMI/V/2018;

3. Bahwa Pengurus dan keanggotaan Serikat Buruh PK F-LOMENIK SBSI PT.

Djojonegoro C-1000 adalah pekerja/buruh/karyawan yang bekerja pada

Tergugat;

4. Bahwa pada tanggal 30 April 2018, bertempat di Kp. Cimelati RT. 05/02 Desa

Pasawahan Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi, telah diadakan rapat

oleh pekerja/buruh/karyawan PT. Djojonegoro C-1000 untuk membentuk

organisasi serikat buruh/serikat pekerja dan disepakati oleh peserta rapat

yang dihadiri oleh peserta yang hadir dalam rapat berjumlah 20 (dua puluh)

Orang untuk bergabung dengan Serikat Buruh Federasi LOMENIK SBSI dan

selanjutnya disepakati pula untuk membentuk susunan kepengurusan di

tingkat komisariat (plant level) sebagaimana tertuang dalam daftar hadir dan

Bertia Acara rapat Pembentukan, Bahwa telah ditetapkan susunan dan

struktur kepengurusan serikat buruh berdasarkan secara musyawarah yang

disepakati bersama oleh peserta rapat saat pembentukan Serikat Buruh

Federasi LOMENIK SBSI;

5. Bahwa DPC F-LOMENIK SBSI Cabang Bogor Raya telah mengeluarkan SK

(Surat Keputusan) No. 020/DPC-F LOMENIK SBSI/KEP/IV/2018 tgl 30 April

2018, tentang keputusan susunan Pengurus Komisariat F-LOMENIK SBSI PT.

Djoyonegoro C-1000;

6. Bahwa sesuai ketentuan yang diatur dalam pasal 18 Undang-undang No. 21

Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, berdasarkan hal itu

Pengurus Komisariat (PK) F-LOMENIK SBSI PT. Djoyonegoro C-1000

mengajukan surat permohonan pencatatan kepada Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Sukabumi melalui surat No. 001/S/F Lomenik

SBSI/PT.D.C1000/IV/2018, tanggal 30 April 2019;

7. Bahwa Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi telah mengeluarkan Surat

Tanda Bukti Pencatatan Nomor 251/093 - HI SYAKER/ V/2018, tanggal 16 Mei

2018 dan telah mencatatkan Serikat F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C-

1000 dengan Nomor Bukti Pencatatan : 17/Kab./SMI/V/2018;

Halaman 6 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

8. Bahwa Pengurus Serikat Buruh PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C-1000

mengadakan rapat pengurus untuk membahas agenda kerja, dan hal-hal yang

berkaitan dengan tugas-tugas pokok serikat buruh, Bahwa dalam rapat

pengurus Serikat Buruh F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro menyepakati

diantaranya adalah perubahan Peraturan Perusahaan (PP) menjadi Perjanjian

Kerja Bersama (PKB), tertuang dalam daftar hadir dan notulen;

9. Bahwa PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C-1000 mengajukan bipartite

dengan Tergugat melalui surat Nomor 001-S/PK F LOMENIK SBSI/PT.

DJOJONEGORO/III/2019, tanggal 05 Maret 2019 tentang permohonan

bipartite dengan salah satu agendanya perundingan Perjanjian Kerja Bersama

(PKB);

10. Bahwa karena Surat permohonan bipartite tanggal 05 Maret 2019 tidak

ditanggapi oleh Tergugat maka PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C-

1000, mengajukan permohonan perundingan Bipartit ke-2 (dua) melalui surat

No. 002/S/PK F-LOMENIK SBSI/PT.DJOJONEGORO/III/2019, tanggal 12

Maret 2019 tentang permohonan bipartite kedua;

11. Bahwa karena sudah dua kali pengajuan bipartite dengan Tergugat tetapi

bipartite tidak terjadi atau gagal berunding maka PK F-LOMENIK SBSI PT.

Djojonegoro C-1000 meminta kepada DPC F-LOMENIK SBSI Bogor Raya

agar melanjutkan permasalahan tersebut ketingkat mediasi oleh karenanya

DPC F-LOMENIK SBSI Bogor Raya mengajukan permohonan mediasi di

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi melalui surat Nomor : 321-

PHI/DPC/F-LOMENIK SBSI/ BOGOR/III/2019, tanggal 25 Maret 2019 perihal

Permohonan Mediasi;

12. Bahwa Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi telah memediasi

permasalahan ini, dan telah memberikan Anjuran kepada para pihak melalui

surat No. 565/2253 – HI & Syaker tanggal 13 Juni 2019, perihal Anjuran,

bahwa mediator pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi dalam

anjurannya pada angka 3 (tiga), menganjurkan :

“kepada kedua belah pihak dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama

(PKB) agar memahami hak dan kewajibannya masing-masing”;

13. Bahwa setelah adanya anjuran dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi

melalui mediator bapak Agung G. Sinagar, S.IP., tanggal 13 Juni 2019, dan

sangat Penggugat sesalkan faktanya perundingan Bipartit tetap tidak terjadi

sampai dengan gugatan ini diajukan di Pengadilan Hubungan Industrial pada

Pengadilan Negeri Kelas 1A Bandung;

14. Bahwa oleh karenanya Penggugat melalui Kuasanya mengajukan gugatan ini

di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas 1A Bandung

demi untuk mencari keadilan dan kepastian hukum terkait hak untuk berunding

Halaman 7 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

dan memperjuangkan serta membela hak dan kepentingan pekerja/buruh

yang berharap agar dituangkan dalam Perjnjian Kerja Bersama (PKB);

DALAM POKOK PERKARA

15. Bahwa hubungan hukum/hubungan kerja bagi Penggugat dengan Tergugat

berlaku Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh

dan Undang-undang No. 2 Tahun 2004 tentang Perselisihan Hubungan

Industrial;

16. Bahwa Pengusaha adalah menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat (5) :

Pengusaha adalah:

a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan

suatu perusahaan milik sendiri;

b) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri

sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di

Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia;

17. Bahwa Perusahaan adalah menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003

Tentang ketenagakerjaan pasal 1 ayat (6) :

Perusahaan adalah:

a) setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan

mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain;

18. Bahwa PT. Djojonegoro C-1000 (Tergugat) adalah badan usaha yang bergerak

di bidang manufactur memproduksi minuman suplemen merk C-1000

berkedudukan di Jl. Siliwangi KM. 18,9 Desa Pasawahan, Kecamatan

Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (43359);

19. Pekerja/Buruh adalah menurut Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan pasal 1 ayat (3) :

“Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain”;

20. Bahwa Serikat Buruh/Serikat Pekerja adalah menurut Undang-undang no. 13

tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 ayat (17) :

Halaman 8 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh,

dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan,

yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab

guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan

pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan

keluarganya;

21. Bahwa pekerja/buruh PT. Djojonegoro C-1000 telah bersepakat secara

musyawarah untuk membentuk Serikat Buruh dan bergabung dengan

Federasi LOMENIK SBSI, dan untuk di tingkat Perusahaan (plant level)

dikenal dengan sebutan Pengurus Komisariat (PK) sedangkan tempat buruh

bekerja adalah di perusahaan PT. Djojonegoro C-1000, sehingga disebut PK

F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C-1000 sudah tercatat di Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Sukabumi, oleh karenanya Serikat Buruh PK F-LOMENIK

SBSI PT. Djojonegoro C-1000 adalah wadah yang sah untuk menampung

aspirasi pekerja/buruh di PT. Djojonegoro C-1000 kemudian selanjutnya

merundingkannya dengan Pengusaha segala sesuatu dan hal-hal yang

berkaitan dengan kebijakan yang berdampak terhadap buruh/pekerja yang

menjadi anggotanya;

22. Bahwa Serikat Buruh Pengurus Komisariat Federasi LOMENIK SBSI (PK FLOMENIK

SBSI) PT. Djojonegoro C 1.000 adalah serikat buruh yang dibentuk

oleh pekerja/buruh yang bekerja di PT. Djojonegoro C 1.000 dan telah

dicatatkan di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi sebagaimana amanah

Undang-undang no. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,

dengan demikian Serikat Buruh PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C

1000 adalah sah menurut hukum;

23. Bahwa Serikat Buruh memiliki tanggung jawab untuk memperjuangkan,

membela hak dan kepentingan serta meningkatkan kesejahteraan anggotanya

dalam hal ini yaitu pekerja/buruh PT. Djojonegoro C 1000 dan keluarganya,

untuk mewujudkan itu maka PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C 1000

mengajak Tergugat (PT. Djojonegoro C 1000) mengganti PP (Peraturan

Perusahaan) menjadi PKB (Perjanjian Kerja Bersama);

24. Bahwa Peraturan Perusahaan (PP) adalah menurut Undang-undang No. 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat (20) :

“Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh

pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan”;

25. Bahwa Menurut Undang-undang no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

yang dimaksud dengan Peraturan Perusahaan (PP) adalah peraturan yang

dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan

tata tertib perusahaan, Sementara Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah

perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat

Halaman 9 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi

yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau

beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syaratsyarat

kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak;

26. Bahwa PP bersifat wajib bagi perusahaan yang mempekerjakan sekurangkurangnya

10 orang pekerja dan mulai berlaku sejak disahkan oleh Menteri

atau pejabat yang ditunjuk. Namun kewajiban ini tidak berlaku bagi

perusahaan yang telah memiliki PKB, Perbedaan antara PP dan PKB terletak

pada inisiatif pembuatannya. PP disusun oleh dan menjadi tanggung jawab

pengusaha yang bersangkutan. Namun dalam proses penyusunannya,

pengusaha memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh

pada perusahaan tersebut. Apabila di dalam perusahaan telah terdapat serikat

pekerja/serikat buruh, maka wakil pekerja/buruh merupakan pengurus serikat

pekerja/serikat buruh. Sementara jika di dalam perusahaan belum terbentuk

serikat, maka wakil pekerja dalam penyusunan PP dipilih secara demokratis

untuk mewakili kepentingan buruh. Dapat dikatakan, pembuatan PP bersifat

top-down dari pengusaha kepada pekerja atau buruh;

27. Bahwa Berbeda dengan PP, PKB dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh

atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi

yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau

beberapa pengusaha melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat (hasil

perundingan), sehingga ada ruang bagi Pekerja/Buruh untuk merundingkan

kepentingannya, dapat dipahami bahwa pembuatan PKB harus

mengakomodasi kepentingan pengusaha dan pekerja sekaligus. dengan

demikian, keberadaan PKB lebih menguatkan posisi pekerja di dalam

perusahaan dibanding PP;

28. Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Haiyani Rumondang dalam artikel Idealnya Setiap Perusahaan Punya

Perjanjian Kerja Bersama, menegaskan posisi penting PKB. Menurutnya,

kondisi hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan tidak

hanya ditentukan oleh penetapan upah tapi juga oleh pembentukan saranasarana

hubungan industrial yang ada di perusahaan seperti pembuatan PKB

yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara manajemen dan serikat pekerja;

29. Bahwa Posisi PKB yang lebih kuat dibanding PP juga disiratkan dalam

beberapa bagian Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

Sebagai contoh, terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa selama masa

berlakunya PP, apabila serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan

menghendaki perundingan PKB bersama, maka pengusaha wajib melayani;

30. Bahwa Lebih lanjut aturan turunnya berdasarkan Pasal 17 Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan

Halaman 10 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran

Perjanjian Kerja Bersama, bahwa pengusaha harus melayani serikat

pekerja/serikat buruh yang mengajukan permintaan secara tertulis untuk

merundingkan PKB dengan ketentuan apabila:

a. Serikat Pekerja/Serikat Buruh telah tercatat berdasarkan Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,

dan;

b. memenuhi persyaratan pembuatan PKB sebagaimana diatur dalam

Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

31. Bahwa melalui gugatan ini, Penggugat mohon kepada yang mulia majelis

hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini untuk

Membatalkan Peraturan Perusahaan (PP) PT. Djojonegoro C 1000 atau

setidak-tidaknya menyatakan peraturan tersebut tidak sah menerut hukum dan

menggantinya dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) demi keadilan dan

kesamaan hak bagi pekerja/buruh yang bekerja di perusahaan PT.

Djojonegoro C 1000;

32. Bahwa Perjanjian Kerja Bersama adalah menurut Undang-undang no. 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat (21) :

“Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil

perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat

pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab

di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha

atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban kedua belah pihak”;

33. Bahwa berdasarkan hasil rapat anggota PK F-LOMENIK SBSI PT.

Djojonegoro C-1000 yang mana telah menyepakati agar PP berubah menjadi

PKB, maka layak bagi Pengurus Serikta Buruh untuk mengajukan

Perundingan PKB dengan pihak perusahaan;

34. Bahwa didalam perusahaan adalah kumpulan orang-orang (pekerja,

pengusaha dan manajemen) yang terdiri dari golonagn tingkatan jabatan

internal perusahaan, kumpulan orang-orang adalah komunitas sekelompok

masyarakat merupakan mahluk sosial sehingga dalam kesehariannya selalu

berhubungan dengan manusia-manusia yang lain. Karena seringnya terjadi

interaksi antara manusia tersebut, maka dibutuhkan sesuatu yang bersifat

mengatur dan mengikat manusia-manusia tersebut untuk selalu mematuhi

aturan yang telah ditetapkan. Peraturan dibuat untuk mengatur manusia -

manusia yang terdapat dalam satu kelompok untuk menghindari sikap brutal,

mau menang sendiri dan lain-lain, secara umum, peraturan adalah suatu

perjanjian yang telah dibuat untuk kepentingan umum atau kepentingan

bersama, tentang apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan;

Halaman 11 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

35. Bahwa Pengertian peraturan dapat juga dimaknai untuk melatih kedisiplinan

diri, menghargai hak orang lain, melindungi diri dari kesewenang-wenangan

pihak lain atau pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah, Peraturan

merupakan patokan untuk menilai apakah sebuah aktivitas itu dimulai dengan

baik. Peraturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur.

Jika tidak terdapat peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang,

tanpa kendali, dan sulit diatur;

36. Bahwa Perjanjian Kerja dalam bahasa Belanda adalah Arbeidsoverenkoms,

mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601 a KUH Perdata memberikan

pengertian sebagai berikut :

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak ke-1

(satu)/buruh atau pekerja mengikatkan dirinya untuk dibawah

perintah pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu

melakukan pekerjaan dengan menerima upah”;

37. Bahwa ketentuan khusus terdapat dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14 memberikan pengertian

yakni :

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan

pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak

dan kewajiban kedua belah pihak”;

38. Bahwa Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah suatu kesepakatan secara

tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang dibuat secara bersama

– sama antara pengusaha atau beberapa pengusaha dengan organisasi

serikat pekerja/gabungan organisasi serikat pekerja yang sudah terdaftar pada

instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan;

39. Bahwa Organisasi Serikat Buruh Federasi LOMENIK SBSI di PT. Djojonegoro

C 1000, telah tercatat di Disnaker Kabupaten Sukabumi dan mempunyai

anggota 50 % lebih dari seluruh Karyawan yang ada di perusahaan PT.

Djojonegoro C 1000 (Tergugat). Maka layak bagi Serikat Buruh PK FLOMENIK

SBSI PT. Djojonegoro C 1000 mengajukan perundingan Bipartit

perihal mengganti PP (Peraturan Perusahaan) dengan PKB (Perjanjian Kerja

Bersama), demi menjalankan amanah organisasi sesuai dengan tujuan

dibentuknya Serikat Buruh sebagaimana tertuang dalam BAB II pasal 4 ayat

(1) dan (2) Undang-undang No.21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat

Buruh, berbunyi :

Pasal 4 UU No.21 TH.2000;

1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat

pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan

hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi

pekerja/serikat dan keluarganya;

Halaman 12 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) serikat

pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat

buruh mempunyai fungsi :

a. sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan

penyelesaian perselisihan industrial;

b. sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang

ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;

c. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis,

dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundangundangan

yang berlaku;

d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan

kepentingan anggotanya;

e. sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan

pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

f. sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan

saham di perusahaan;

40. Bahwa dasar pengajuan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama ini merujuk

pada Undang-undang No.18 Tahun 1956 yang diratifikasi dari Konvensi No. 98

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengenai berlakunya dasar-dasar

dari hak untuk berorganisasi dan berunding bersama, Kemudian oleh

pemerintah dikeluarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan yang diatur mulai dari pasal 115 sampai dengan 135 plus

peraturan turunannya yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI No. Kep/48/Men/IV/2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan

Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,

(Kep.48/MEN/IV/2004) tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan

Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja

Bersama;

41. Bahwa oleh karenanya sebagaimana terurai diatas, Penggugat mohon kepada

yang mulia majelis hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara

ini agar Memerintahkan Tergugat Berunding dengan Penggugat untuk

membuat Perjanian Kerja Bersama (PKB) di perusahaan PT. Djojonegoro C

1000;

42. Bahwa mengingat sikap perusahaan PT. Djojonegoro C 1000 (Tergugat) yang

mana menurut pandangan Penggugat kurangnya etikad baik untuk mematuhi

sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-undang, dan berdasarkan itu

Penggugat memiliki rasa ketakutan jika nantinya Tergugat lalai atau ingkar

dalam melaksanakan atau menjalankan putusan hakim, ketakutan atau

keraguan ini bukanlah hal yang berlebihan karena melihat dari sikap Tergugat

selama masa terbentuknya serikat buruh dan ajakan berunding yang selalu

Halaman 13 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

diabaikan oleh Tergugat, oleh karenanya Penggugat sangat berharap kepada

yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadli perkara ini agar

mempertimbangkan sanksi/denda (dwangsom) jika putusan tidak dilaksankan

dengan baik dan benar;

43. Bahwa dikarenakan perkara ini tidak memiliki nilai yang dapat dieksekusi jika

Tergugat lalai atau ingkar dalam menjalankan/melaksanakan putusan hakim,

maka oleh karena itu sangatlah wajar, layak dan patut bagi penggugat

memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan

memutus Perkara ini agar menghukum Tergugat membayar uang denda

(dwangsom) sebesar Rp. 2.000,000,- (dua juta rupiah) per hari kepada

Penggugat setelah perkara ini memiliki keputusan hukum tetap hingga

putusan dilaksanakan sebaik-baiknya dengan sempurna;

Berdasarkan uraian tersebut diatas mohon kiranya Pengadilan Hubungan

Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung dalam hal ini yang Mulia Majelis

Hakim yang terhormat yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini

dengan amar sebagai berikut :

DALAM POKOK PERKARA

PRIMER

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Membatalkan Peraturan Perusahaan PT. Djojonegoro C-1000;

3. Memerintahkan Tergugat Berunding dengan Penggugat untuk membuat

Perjanian Kerja Bersama (PKB) di PT. Djojonegoro C 1000, sejak putusan

perkara ini dibacakan;

4. Menghukum Tergugat membayar uang denda (dwangsom) sebesar Rp.

2.000.000,- (dua juta rupiah) per hari kepada Penggugat setelah perkara ini

memiliki keputusan hukum tetap hingga putusan dilaksanakan sebaik-baiknya

dengan sempurna;

5. Membebankan biaya perkara sebagaimana ketentuan hukum;

SUBSIDER

1. Atau apabila yang Mulia Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada

Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung Cq. Yang Mulia Majelis Hakim yang

memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo berpendapat lain,

Penggugat mohon keadilan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan untuk

kepentingan Penggugat datang menghadap kuasanya Jhon Kenedi, Enjam Kadi,

Halaman 14 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Eko Supriyanto, Freddy Johannes Simbolon dan Hendramawan, berdasarkan

Surat Kuasa khusus tertanggal 21 September 2019 yang telah didaftarkan di

Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung

tanggal 7 April 2020, No. 165/kuasa/G/2020/ PHI/PN.Bdg., untuk kepentingan

Tergugat datang menghadap kuasanya Agus Siswanto, berdasarkan Surat

Kuasa Khusus tanggal 23 April 2020 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung tanggal 13 Mei

2020, No. 212/kuasa/G/ 2020/PHI/PN.Bdg.;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 130 HIR / pasal 154 Rbg

maka Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung Kelas 1A

Khusus mempunyai tugas untuk terlebih dahulu mendamaikan kedua belah pihak

yang berperkara;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mencoba mendamaikan kedua

belah pihak yang berperkara, akan tetapi tidak berhasil, kemudian pemeriksaan

perkara dilanjutkan dengan membacakan surat Gugatan Penggugat pada tanggal

6 Mei 2020 dan atas gugatan tersebut Penggugat menyatakan tetap dengan

gugatannya;

Menimbang, bahwa atas surat gugatan dari Penggugat tersebut, Tergugat

telah mengajukan surat jawabannya tertanggal 23 April 2020 dan dibacakan pada

tanggal 13 Mei 2020, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Sebagaimana yang tertuang pada Anjuran Pegawai Perantara Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukabumi No.565/2253-HI-Syaker

tertanggal 13 Juni 2019 point Keterangan Pihak Perusahaan “Adanya

dualisme kepengurusan serikat kerja F Lomenik SBSI ditingkat Pusat,

sehingga menimbulkan keragu-raguan tentang Legal Formal keberadaan

Organisasi Serikat Pekerja tersebut”, sebagaimana yang tertuang pada:

 Keputusan Mahkaman Agung Republik Indonesia No.378.K/Pdt.Sus-

HKI/2015 tentang gugatan Prof Dr MUCHTAR PAKPAHAN SH, MA

kepada sebelas (11) Federasi KSBSI yang salah satunya adalah F

Lomenik SBSI tentang penggunaan Logo SBSI, nama SBSI, Mars

SBSI dan Tri Darma SBSI; yang dimenangkan oleh Prof Dr

MUCHTAR PAKPAHAN SH, MA tertanggal: Senin, 27 Juli 2015 yang

Halaman 15 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

dimenangkan oleh Prof Dr MUCHTAR PAKPAHAN SH, MA (Keputusan

MA terlampir);

 Keputusan Mahkaman Agung Republik Indonesia No.75.K/Pdt.Sus-

HKI/2016 tertanggal: 03 Oktober 2016 tentang PENOLAKAN

Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali oleh EDUARD

PARSAULIAN MARPAUNG, SE terhadap Keputusan Mahkaman

Agung Republik Indonesia No.378.K/Pdt.Sus-HKI/2015;

 Dan Keputusan Mahkaman Agung Republik Indonesia

No.751.K/Pdt.Sus-HKI/2016 tentang Penolakan oleh Mahkamah

Agung Republik Indonesia atas Gugatan Balik dari EDUARD

PARSAULIAN MARPAUNG, SE Kepada: Prof Dr Muchtar Pakpahan

SH, MA dan Pemerintah RI cq. Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia

RI cq. Direktur Jendral Hak Kekayaan Intelektual cq. Direktur Hak

Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia

Dagang tertanggal: Kamis, 27 Oktober 2016 yang dimenangkan oleh

Prof Dr MUCHTAR PAKPAHAN SH, MA (Keputusan MA terlampir);

2. Saat ini masih berlaku Peraturan Perusahaan PT. Djojonegoro C1000 Periode:

20 Mei 2019 – 19 Mei 2021 sebagaimana Pengesahan oleh Kepala Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi Bpk. Ir. H. Dadang Budiman, MM

No.560/2097/HI-Syaker/PP/V/2019 tertanggal: 21 Mei 2019 (Terlampir);

Catatan:

- Sehubungan dengan point ke satu (1) pertimbangan tersebut diatas, sbb:

Keputusan Mahkaman Agung Republik Indonesia No.378.K/Pdt.Sus-

HKI/2015, Keputusan Mahkaman Agung Republik Indonesia

No.75.K/Pdt.Sus-HKI/2016, Keputusan Mahkaman Agung Republik

Indonesia No.751.K/Pdt.Sus-HKI/2016, PT. Djojonegoro C1000 tentunya

harus berhati-hati didalam bersikap dan pengambilan keputusan untuk

mengakui atau tidak mengakui dari keberadaan serikat kerja di Perusahaan

( bukan Perusahaan alergi atau tidak respon untuk keberadaan serikat

pekerja ), namun semata-mata tidak ingin terjadi kesalahan/ permasalahan

dikemudian hari;

- Saat ini Peraturan Perusahaan PT. Djojonegoro C1000, masih berjalan dan

telah memiliki pengesahan dari Instansi yang berwenang dan Peraturan

Perusahaan PT. Djojonegoro C1000 yang ada saat ini dapat diterima oleh

mayoritas Karyawan Karyawati Perusahaan. Perusahaan juga tidak

membatasi diri tentang penyampaian aspirasi karyawan (kemungkinan

adanya tambahan atau koreksi dari Peraturan Perusahaan yang ada),

tentunya dengan penyampaian yang terbuka, obyektif dengan

memperhatikan kondisi kemampuan Perusahaan dan mempertimbangkan

stabilitas perekonomian Nasional dan global saat ini;

3. Dikarenakan saat ini secara Nasional dan Dunia sedang mewabah Virus

Corona ( Covid 19 ) sehingga beberapa Daerah melaksanakan Pembatasan

Halaman 16 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Sosial Bersekala Besar ( PSBB ). Untuk hal tersebut kami juga memohon dan

mengajukan dengan segala hormat kepada Yang Mulia Kepala Pengadilan

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung, agar jalannya

persidangan untuk sementara waktu dapat di tangguhkan/ ditunda/ diundur

sampai dengan Wabah Virus Corona (Covid~19) dinyatakan dapat

dikendalikan/ selesai;

Menimbang, bahwa untuk membantah jawaban yang diajukan oleh

Tergugat, Penggugat mengajukan Replik pada tanggal 3 Juni 2020, kemudian

dilanjutkan dengan penyampaian Duplik dari Tergugat tanggal 10 Juni 2020,

Replik dan Duplik tersebut sebagaimana termuat dalam berita acara persidangan;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil gugatannya, Para

Penggugat telah mengajukan alat-alat bukti berupa foto copy surat telah dibubuhi

meterai secukupnya, diberitanda bukti P-1 s.d. P-8 yang telah memenuhi biaya

materai secukupnya, dan setelah diteliti Majelis Hakim sesuai dengan aslinya,

surat bukti mana berupa :

P-1 : Tanda Bukti Pencatatan Nomor : 251/093-HI Syaker/V/2018 tertanggal

16 Mei 2018. (Foto Copy dari Asli);

P-2A : Daftar keanggotaan PK F-Lomenik SBSI PT. Djojonegoro C 1000. (Foto

Copy dari Asli);

P-2B : Pengumuman tertanggal 01 Agustus 2019 tentang peringatan HUT RI 17

Agustus 2019. (Foto Copy dari Asli);

P-3A : Surat tanggal 05 Maret 2019 perihal perundingan bipartit. (Foto Copy dari

Asli);

P-3B : Fotocopi Surat tanggal 12 Maret 2019 perihal perundingan bipartit kedua.

(Foto Copy dari Foto Copy);

P-4 : Fotocopi Peraturan Perusahaan (PP) periode 2017 – 2019. (Foto Copy

dari Foto Copy);

P-5A : Fotocopi Permohonan Cuti tahunan karyawan tertanggal 28 Februari

2019 atasnama Erwin Septiawan. (Foto Copy dari Foto Copy);

P-5B : Fotocopi Permohonan Cuti tahunan karyawan tertanggal 28 Februari

2019 atasnama Jefri. (Foto Copy dari Foto Copy);

P-6A : Surat Pengakuan Kesalahan atasnama Erwin Septiawan. (Foto Copy

dari Asli);

Halaman 17 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

P-6B : Surat Pengakuan Kesalahan atasnama Jefri. (Foto Copy dari Asli);

P-7 : Surat Tanda Bukti Pencatatan Dpp Lomenik. (Foto Copy dari Asil);

P-8 : AD/ART LOMENIK periode 2016 - 2020. (Foto Copy dari Print Out);

Menimbang, bahwa selain surat-surat bukti tersebut diatas, Para Penggugat

telah mengajukan pula 2 (dua) orang saksi bernama Esta Retmana dan Wendi

Lesmana yang telah memberikan keterangan dibawah sumpah sesuai agamanya

masing-masing di persidangan sebagaimana tertuang dalam Berita Acara

Persidangan;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil dalam surat jawabannya,

Tergugat telah mengajukan bukti-bukti tertulis berupa foto copy surat diberitanda

bukti T-1 s.d. T-14, yang telah memenuhi biaya materai secukupnya, dan setelah

diteliti Majelis Hakim sesuai dengan aslinya, surat bukti mana berupa :

T- 1 : Fotocopi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 378.K/

Pdt.Sus-HKI/2015. (Foto Copy dari Foto Copy);

T- 2 : Fotocopi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 75.PK/

Pdt.Sus-HKI/2016. (Foto Copy dari Foto Copy);

T- 3 : Fotocopi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 751.K/

Pdt.Sus-HKI/2016. (Foto Copy dari Foto Copy);

T- 4 : Fotocopi Pengesahan Peraturan Perusahaan Periode: 05 Juni 2017 – 04

Juni 2018, oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten

Sukabumi tertanggal 05 Juni 2017. (Foto Copy dari Foto Copy);

T- 5 : Fotocopi Pengesahan Peraturan Perusahaan Periode: 04 Juni 2018 – 03

Juni 2019, oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten

Sukabumi tertanggal 30 Mei 2018. (Foto Copy dari Foto Copy);

T- 6 : Fotocopi Pengesahan Peraturan Perusahaan Periode: 20 Mei 2019 – 19

Mei 2021, oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten

Sukabumi tertanggal 21 Mei 2019. (Foto Copy dari Foto Copy);

T- 7 : Peraturan Perusahaan PT. Djojonegoro C1000 Tahun 2017 – 2019. (Foto

Copy dari Asli);

T- 8 : Peraturan Perusahaan PT. Djojonegoro C1000 Tahun 2019 – 2021. (Foto

Copy dari Asli);

Halaman 18 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

T- 9 : Fotocopi Bukti Pencatatan Serikat Kerja PK F-Lomenik SBSI PT.

Djojonegoro C1000 tanggal 16 Mei 2018. (Foto Copy dari Foto Copy);

T-10 : Fotocopi Daftar Hadir Rapat/ Audensi Serikat Kerja. (Foto Copy dari Foto

Copy);

T-11 : Fotocopi Keputusan Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat Nomor 62 Tahun 2017 tanggal 6 Juni 2017 Jo No. 69/Pdt.Sus-Hak

Cipta/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst Jo No. 378.K/Pdt.Sus-HKI/2015 Jo No.

75.PK/Pdt.Sus-HKI/2016. (Foto Copy dari Foto Copy);

T-12 : Fotocopi Surat Cuti a/n. Erwin dan Jefri tertanggal 28 Februari 2019.

(Foto Copy dari Foto Copy);

T-13 : Fotocopi Surat Pengakuan Kesalahan, Tidak masuk kerja tanggal 5 Maret

2020. (Foto Copy dari Foto Copy);

T-14 : Fotocopi Pembinaan Pengarahan bertanggal 15 Maret 2019, dikarenakan

tidak masuk kerja tanggal 5 Maret 2019. (Foto Copy dari Foto Copy);

Menimbang, bahwa selain surat-surat bukti tersebut diatas, Tergugat tidak

pula mengajukan saksi;

Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak yang berperkara telah

mengajukan Kesimpulan masing-masing tanggal 8 Juli 2020;

Menimbang, bahwa selanjutnya segala sesuatu yang termuat dalam berita

acara persidangan perkara ini, untuk menyingkat putusan ini dianggap telah

termuat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan putusan ini;

Menimbang, bahwa pada akhirnya Penggugat dan Tergugat menyatakan

tidak akan mengajukan apa-apa lagi dan memohon putusan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA

Menimbang, bahwa dalam gugatannya Penggugat telah mendalilkan yang

pada pokoknya adalah sebagai berikut:

- Bahwa Tergugat adalah perusahaan yang memproduksi minuman suplemen

merk C-1000, mempekerjakan karyawan kurang lebih 400 orang, berlokasi di

Halaman 19 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Jl. Siliwangi KM. 18,9 Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten

Sukabumi, Jawa Barat;

- Bahwa Penggugat adalah Serikat Buruh Pengurus Komisariat Federasi

LOMENIK SBSI PT. Djoyonegoro C-1000, tercatat di Dinas Tenga Kerja

Kabupaten Sukabumi melalui surat No. 251/093 - HI SYAKER/V/2018,

tanggal. 16 Mei 2018, dengan Nomor bukti pencatatan No. :

17/Kab./SMI/V/2018;

- Bahwa Pengurus Serikat Buruh PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C-1000

mengadakan rapat pengurus untuk membahas agenda kerja, dan hal-hal yang

berkaitan dengan tugas-tugas pokok serikat buruh, dalam rapat pengurus

Serikat Buruh F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro menyepakati diantaranya

adalah perubahan Peraturan Perusahaan (PP) menjadi Perjanjian Kerja

Bersama (PKB), tertuang dalam daftar hadir dan notulen;

- Bahwa PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C-1000 mengajukan bipartite

dengan Tergugat melalui surat tanggal 5 Maret 2019 tentang permohonan

bipartite dengan salah satu agendanya perundingan Perjanjian Kerja Bersama

(PKB), karena tidak ditanggapi oleh Tergugat maka PK F-LOMENIK SBSI PT.

Djojonegoro C-1000, mengajukan permohonan perundingan Bipartit ke-2

(dua) melalui surat tanggal 12 Maret 2019 tentang permohonan bipartite

kedua;

- Bahwa karena sudah dua kali pengajuan bipartite dengan Tergugat tetapi

bipartite tidak terjadi atau gagal berunding maka PK F-LOMENIK SBSI PT.

Djojonegoro C-1000 melanjutkan permasalahan tersebut ketingkat mediasi di

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi melalui surat tanggal 25 Maret 2019

perihal Permohonan Mediasi, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi telah

memberikan Anjuran kepada para pihak melalui surat No. 565/2253 – HI &

Syaker tanggal 13 Juni 2019, perihal Anjuran, dalam anjurannya pada angka 3

(tiga), menganjurkan kepada kedua belah pihak dalam pembuatan Perjanjian

Kerja Bersama (PKB) agar memahami hak dan kewajibannya masing-masing;

- Bahwa setelah adanya anjuran dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi

dan sangat Penggugat sesalkan faktanya perundingan Bipartit tetap tidak

terjadi sampai dengan gugatan ini diajukan di Pengadilan Hubungan Industrial

pada Pengadilan Negeri Bandung Kelas 1A Khusus;

Halaman 20 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

- Bahwa menurut Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

yang dimaksud dengan Peraturan Perusahaan (PP) adalah peraturan yang

dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan

tata tertib perusahaan, Sementara Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah

perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat

buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi

yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau

beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syaratsyarat

kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak;

- Bahwa Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga

Kerja Haiyani Rumondang dalam artikel Idealnya Setiap Perusahaan Punya

Perjanjian Kerja Bersama, menegaskan posisi penting PKB. Menurutnya,

kondisi hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan tidak

hanya ditentukan oleh penetapan upah tapi juga oleh pembentukan saranasarana

hubungan industrial yang ada di perusahaan seperti pembuatan PKB

yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara manajemen dan serikat pekerja;

- Bahwa dalam Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

terdapat ketentuan yang menyatakan selama masa berlakunya PP, apabila

serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan menghendaki perundingan PKB

bersama, maka pengusaha wajib melayani, lebih lanjut aturan turunannya

berdasarkan Pasal 17 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun

2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan

serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, pengusaha

harus melayani serikat pekerja/serikat buruh yang mengajukan permintaan

secara tertulis untuk merundingkan PKB dengan ketentuan apabila Serikat

Pekerja/Serikat Buruh telah tercatat berdasarkan Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, dan memenuhi

persyaratan pembuatan PKB sebagaimana diatur dalam Undang-undang

No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

- Bahwa melalui gugatan ini, Penggugat mohon kepada yang mulia majelis

hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini untuk

Membatalkan Peraturan Perusahaan PT. Djojonegoro C 1000 atau setidaktidaknya

menyatakan peraturan tersebut tidak sah menurut hukum dan

Halaman 21 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

menggantinya dengan Perjanjian Kerja Bersama demi keadilan dan kesamaan

hak bagi pekerja/buruh yang bekerja di perusahaan PT. Djojonegoro C 1000;

- Bahwa Organisasi Serikat Buruh Federasi LOMENIK SBSI di PT. Djojonegoro

C 1000, telah tercatat di Disnaker Kabupaten Sukabumi dan mempunyai

anggota 50 % lebih dari seluruh Karyawan yang ada di perusahaan Tergugat.

Maka layak bagi Serikat Buruh PK F-LOMENIK SBSI PT. Djojonegoro C 1000

mengajukan perundingan Bipartit perihal mengganti Peraturan Perusahaan

dengan Perjanjian Kerja Bersama, demi menjalankan amanah organisasi

sesuai dengan tujuan dibentuknya Serikat Buruh sebagaimana tertuang dalam

BAB II pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-undang No.21 tahun 2000 tentang

Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

- Bahwa dikarenakan perkara ini tidak memiliki nilai yang dapat dieksekusi jika

Tergugat lalai atau ingkar dalam menjalankan/melaksanakan putusan hakim,

maka oleh karena itu sangatlah wajar, layak dan patut bagi Penggugat

memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan

memutus Perkara ini agar menghukum Tergugat membayar uang denda

(dwangsom) sebesar Rp. 2.000,000,- (dua juta rupiah) per hari kepada

Penggugat setelah perkara ini memiliki keputusan hukum tetap hingga

putusan dilaksanakan sebaik-baiknya dengan sempurna;

Menimbang, bahwa dalam jawabannya Tergugat telah menyangkal dalildalil

Penggugat dengan menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa Sebagaimana yang tertuang pada Anjuran Pegawai Perantara Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukabumi No.565/2253-HI&Syaker

tertanggal 13 Juni 2019 point Keterangan Pihak Perusahaan, adanya

dualisme kepengurusan serikat kerja F Lomenik SBSI ditingkat Pusat,

sehingga menimbulkan keragu-raguan tentang Legal Formal keberadaan

Organisasi Serikat Pekerja tersebut;

- Bahwa saat ini masih berlaku Peraturan Perusahaan PT. Djojonegoro C1000

Periode: 20 Mei 2019 – 19 Mei 2021 sebagaimana Pengesahan oleh Kepala

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi No.560/2097/HI-Syaker/PP/V/2019

tertanggal: 21 Mei 2019;

Halaman 22 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa atas jawaban Tergugat, Penggugat melakukan

bantahan dengan Repliknya dan dilanjutkan dengan Duplik dari Tergugat

yang pada pokoknya Replik Penggugat tetap pada Gugatannya dan Duplik

Tergugat tetap pada jawabannya;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memperhatikan gugatan,

jawaban, replik, duplik, bukti-bukti, keterangan saksi-saksi dan kesimpulan

yang diajukan oleh kedua belah pihak dalam persidangan ternyata yang

menjadi pokok perselisihan antara Penggugat dengan Tergugat adalah

mengenai hak Penggugat sebagai Serikat Buruh yang telah tercatat dalam

melakukan perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama yang menurut

Tergugat diragukan Legal Formalnya;

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat telah disangkal oleh

Tergugat maka Majelis menetapkan beban pembuktian kepada kedua belah pihak

dimana Penggugat diwajibkan membuktikan dalil gugatannya dan Tergugat

diwajibkan membuktikan dalil bantahannya sebagaimana ketentuan Pasal 163

HIR Jo Pasal 1865 KUH Perdata;

Menimbang, bahwa para pihak telah mengupayakan penyelesaian perkara

a quo pada tingkat Mediasi dan pegawai Mediator Dinas Tenagakerja Kabupaten

Sukabumi telah mengeluarkan Anjuran dengan Nomor : 565/2253 – HI & Syaker,

tertanggal 13 Juni 2019 dan Risalah Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial tertanggal 15 Juli 2019, dimana dalam Risalah Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial menyatakan baik pekerja maupun pengusaha

menolak isi anjuran, dan terhadap Anjuran tersebut, Majelis berpendapat bahwa

Anjuran dan Risalah Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah suatu

proses hukum di luar peradilan sehingga tidak mengikat Hakim dalam memutus

perkara a quo, terkecuali terdapat hal-hal yang relevan untuk kepentingan para

pihak maka akan di pertimbangkan;

Menimbang, bahwa Pasal 1 angka (1) UU No. 21 Tahun 2000 menyatakan,

Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan

untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat

Halaman 23 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna

memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh

serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, hal ini dapat

dimaknai bahwasanya pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam satu

perusahaan dilakukan oleh Pekerja/Buruh yang ada diperusahaan tersebut, bukan

dibentuk oleh Pusat/Induk Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

Menimbang, bahwa sebagaimana amanat Pasal 18 ayat (1) UU No. 21

Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh menyatakan Serikat

pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang

telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat dan Instansi

pemerintah dapat menangguhkan pencatatan dan pemberian nomor bukti

pencatatan dalam hal serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi

serikat pekerja/serikat buruh belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

Pasal 19 (vide Pasal 20 ayat (2)) yakni Nama dan lambang serikat pekerja/serikat

buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang akan

diberitahukan tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/serikat

buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat

terlebih dahulu, fakta dipersidangan sebagaimana bukti P-1 yang identik dengan

bukti T-9 berupa Tanda Bukti Pencatatan Nomor : 251/093-HI Syaker/V/2018

tertanggal 16 Mei 2018, dimana Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi

sebagai instansi yang bertanggungjawab dibuidang ketenagakerjaan telah

mengeluarkan Nomor bukti Pencatatan Penggugat, dengan demikian Majelis

Hakim Berpendapat Pembentukan dan Pencatatan Penggugat sebarai Serikat

Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan Tergugat telah memenuhi ketentuan

Perundang-Undangan;

Menimbang, bahwa sesuai Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 2 Tahun

2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial jo Pasal 1 angka (9)

Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang

menyatakan Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan

antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain

hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham

Halaman 24 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikat pekerjaan,

sedangkan dalam pemeriksaan perkara aquo tidak ditemukan adanya gugatan

perselisihan terhadap pelaksanaan hak Penggugat untuk mengajukan

perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama, Majelis Hakim berpendapat,

keraguan Tergugat terhadap legal formal Penggugat karena adanya dualisme

kepengurusan serikat tidaklah berdasar;

Menimbang, bahwa sebagaimana amanat Pasal 102 UU No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, dalam melaksanakan hubungan industrial pekerja/

buruh dan serikat pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan

pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan

produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan

keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan

memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya, pengusaha dan

organisasi pengusahanya mempunyai fungsi menciptakan kemitraan,

mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan

kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis, dan berkeadilan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, dan

sesuai Pasal 111 ayat (4) Undamg-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan jo Pasal 17 Permenakertran No. 28 Tahun 2014 tentang Tata

Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan

Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, Tergugat wajib/harus melayani permintaan

Penggugat sebagai Serikat Pekerja yang telah tercatat berdasarkan UU No. 21

Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, untuk melakukan perundingan

pembuatan Perjanjian Kerja Bersama, dengan demikian Majelis Hakim

memerintahkan Tergugat untuk menerima Penggugat malakukan perundingan

pembuatan Perjanjian Kerja Bersama selambat-lambatnya 14 hari sejak putusan

ini dibacakan, sehingga berdasar Petitum gugatan Penggugat angka 3 berdasar

dinyatakan dikabulkan;

Menimbang, bahwa di perusahaan Tergugat telah ada Peraturan

Perusahaan PT. Djojonegoro C1000 Periode: 20 Mei 2019 – 19 Mei 2021, dan

perundingan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama belum dilaksanakan, untuk

Halaman 25 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

menjaga adanya tata tertib terhadap hubungan kerja yang harmonis dan

berkeadilan dalam menjalankan hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan,

Majelis Hakim berpendapat Peraturan Perusahaan yang telah mendapat

pengesahan dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi tetap berlaku sampai

jangka waktu berakhirnya Peraturan Perusahaan tersebut atau setidak-tidaknya

sampai Perjanjian Kerja Bersama yang telah disepakati Penggugat dengan

Tergugat telah dicatatkan di Dinas Tenaga Kerja setempat, dengan demikian

petitum gugatan Penggugat angka 2 dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa dalam perkara aquo Tergugat dihukum untuk

melakukan suatu perbuatan/tindakan yang tidak memiliki nilai yang dapat

dieksekusi, agar putusan memilki arti untuk dilaksanakan, patut dan berdasar

Majelis Hakim menghukum Tergugat membayar uang denda (dwangsom) sebesar

Rp. 2.000,000,- (dua juta rupiah) per hari kepada Penggugat apabila Tergugat lalai

melaksanakan putusan ini sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap;

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum di atas

oleh karena gugatan Penggugat cukup beralasan dan telah didukung dengan

bukti-bukti yang cukup serta telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku,

maka sudah sepatutnyalah gugatan Penggugat dikabulkan untuk sebagian dan

menolak selain dan selebihnya;

Menimbang, bahwa karena gugatan dikabulkan sebagian biaya perkara

dibebankan kepada Tergugat;

Menimbang, bahwa mengenai bukti-bukti lain yang tidak dipertimbangkan

secara satu persatu harus dianggap dan telah menjadi pertimbangan dalam

putusan ini;

Memperhatikan ketentuan – ketentuan yang diatur dalam HIR, Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan

peraturan-peraturan lain yang bersangkutan;

Halaman 26 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

MENGADILI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Memerintahkan Tergugat menerima Penggugat untuk melakukan perundingan

pembuatan Perjanjian Kerja Bersama selambat-lambatnya 14 hari sejak

putusan ini dibacakan;

3. Menghukum Tergugat membayar uang denda (dwangsom) sebesar Rp.

2.000,000,- (dua juta rupiah) per hari kepada Penggugat apabila Tergugat lalai

melaksanakan putusan ini sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap;

4. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;

5. Membebankan biaya perkara kepada Tergugat sebesar Rp 596.000,00 (lima

ratus sembilan puluh enam ribu rupiah)

Demikian diputus dalam permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung Kelas IA Khusus, pada

hari Rabu, tanggal 15 Juli 2020 dengan Majelis Hakim : YUSWARDI, SH, sebagai

Ketua Majelis, PARLINDUNGAN SARAGIH, S.Si, SH dan IMAN FIRMANSYAH,

SH, masing-masing Hakim Ad Hoc sebagai Hakim Anggota, dan Putusan tersebut

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari ini, Rabu, tanggal 22

Juli 2020 oleh Ketua Majelis Hakim, dengan didampingi Hakim - Hakim Anggota

tersebut, dibantu oleh Ika Kartika SH., Panitera Pengganti Pengadilan Hubungan

Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung serta dihadiri oleh Kuasa

Penggugat dan Kuasa Tergugat.

Hakim-Hakim Anggota,

PARLINDUNGAN SARAGIH , S.Si, SH

Ttd

IMAN FIRMANSYAH, S H

Hakim Ketua,

YUSWARDI, SH,

Halaman 27 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Mahkamah Mahkamah Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan.mahkamahagung.go.id

Panitera Pengganti,

IKA KARTIKA SH

Perincian biaya :

1. Pendaftaran Gugatan............... Rp 30.000,00;

2. Administrasi.............................. Rp 50.000,00;

3. Panggilan.................................. Rp 480.000,00;

4. Redaksi..................................... Rp 10.000,00;

5. Materai...................................... Rp 6.000,00

6. PNPB........................................ Rp 20.000,00;

Jumlah …………….................... Rp 596.000,00;

(lima ratus sembilan puluh enam ribu rupiah)

Halaman 28 dari 28 halaman, Putusan Nomor: 72/Pdt.Sus-PHI /2020/PN.Bdg

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Putusan ini merupakan Kutipan dari Direktori Mahkamah Agung RI

putusan.mahkamahagung.go.id

Selasa, 07 April 2020

OMNIBUS LAW CIKA DAN PEKERJAAN MASA DEPAN


Oleh: Eduard P. Marpaung

Analogi OMNIBUS LAW CIKA sangat bertentangan dengan tujuan jangka panjang pembangunan berkelanjutan dan perkembangan Industri 4.0. Future of Work, pekerjaan masa depan, justru adalah pekerjaan yang manusiawi yang tidak bisa dikerjakan oleh robot yang  sifatnya pengulangan atau repeating.

OMNIBUS LAW CIKA dalam visinya adalah mengundang sebesar-besarnya investor, untuk itu perlu pekerjaan dan peraturan yang fleksibel dan menawarkan keunggulan komparative yakni  pengurangan kompensasi, upah murah, pembatasan hak buruh untuk berserikat, permudahan PHK, permudah pekerjaan temporer, kurangi intervensi negara baik dalam hal jaminan sosial maupun pengawasan, dll. Ini pengulangan kebijakan ORDE BARU.

Bagaimana Future of Work yang diinginkan? Future of work yang sekarang didesign adalah future of work untuk memanusiakan manusia. Pekerjaan Perbankan yang bersifat repeating diambil alih oleh Kapitalis Global dengan metode pembayaran dan penyimpanan uang baru melalui e- transaction. Perdagangan dipermudah melalui e- marketing.   Pekerjaan pabrik yang berbahaya dan beracun yang bersifat repeating diambil alih oleh mesin-mesin dan robot. Bahkan sebagian pekerjaan pertanian dikontrol dan diambil alih oleh robot.

Pertanyaannya, bagaimana dengan pekerjaan manusia?

Ada banyak pekerjaan baru yang membutuhkan detailing dan kreatifitas. Pekerjaan  seperti youtober, selebgram, media on line, online marketing, live streaming, on line driver, order pekerjaan base on line, dan pekerjaan kreative lainnya yang berbasis teknologi semakin bertumbuh menggantikan pekerjaan repeating di pabrik. Pekerjaan mandiri mendapat tambahan order dan pendapatan sepanjang mereka menguasai teknologi, seperti pedagang pasar, penjahit, reparasi elektrik dan perbengkelan, pedagang makanan jadi, bangunan, loundri, dll. Pekerjaan yang dahulu informal mendapat tambahan pendapatan yang layak melalui teknologi. Bahkan ketika Covid-19 mereka dapat menopang ekonomi industri formal yang melemah karena permintaan pasar internasional yang protektif.

Apakah di perusahaan industri pekerjaan manusia masih mendominasi? Kenyataannya bahkan di Indonesia pekerjaan yang sifatnya repeating sudah hampir 50% otomatisasi.  Hanya pertanian yang berjalan lamban. Ini karena masih tersedianya lahan yang luas untuk pertanian di Indonesia. Juga akibat kurangnya para lulusan pertanian yang bersedia memberikan perhatian penuh untuk modernisasi dan inovasi pertanian di Indonesia.

Dengan diambil alihnya banayak pekerjaan manusia oleh otomatisasi, maka negara harus hadir ikut campur tangan untuk mengkreasi pekerjaan yang layak bagi manusia. Ini wajib. Dibutuhkan regulasi untuk memanusiakan pekerjaan manusia dengan menjamin pekerjaan yang layak dan pengurangan jam kerja agar para pekerja yang tidak terserap pasar dapat masuk ke dunia kerja. Ini artiya pengusaha harus mengalihkan anggaran yang semakin murah untuk memproduksi produk untuk kesejahteraan dan penyerapan manusia di dalam pekerjaan yang semakin layak dan minimalisasi resiko.

Kita ambil contoh produk minuman air dalam kemasan. Pengusaha hanya butuh mengebor sekali saja mata air, pajak untuk sumber daya alam ini juga tidak begitu diatur dan mahal. Air yang masuk ke pabrik langsung diproses oleh mesian sampai pengemasan, semua menggunakan robot. Hanya kontrol komputer, maintenance mesin, kontrol produksi, dan pengemasan akhir membuthkan intervensi manusia. Namun harga satu liter botol air kemasan sampai pemakai akhir bisa lebih mahal dari satu liter bensin.

Selayaknya lah pabrik ini dapat memberikan kesejahteraan dan penyerapan tenaga lebih di pabrik dengan mengurangi jam kerja dengan mebayar gaji penuh. Namun apa faktanya? Di salah satu perusahaan lokal domestik di Jawa Timur yang memproduksi air minum langsung dari sumber mata air , 4 orang buruh harus meregang nyawa untuk menuntut hak normatif yang seharusnya diintervensi negara tanpa butuh didemonstrasi. Mereka meninggal dunia ditabrak mobil yang terindikasi disengaja karena persis mengarah melindas buruh yang sedang demo di trotoar tanpa melakukan pengereman dan berhenti sama sekali sejauh 50 meter.

Eropa,  negara-negara  Scandinavia, Rusia dan beberapa negara lain mulai mengurangi jam kerja tanpa mengurangi upah untuk mengadopsi perkembangan teknologi. Ini sama halnya ketika terjadi Revolusi Industri yang memungkinkan mesin-mesin melakukan produksi Masal. Tuntutan 8 jam kerja ini dimulai 1 Mei 1886 di Amerika. Sebelumnya jam kerja adalah 12 jam kerja sehari bahkan lebih. Dengan berkembangnya teknologi, manusia mulai meningkatkan kebutuhan pribadi, produk-produk membutuhkan pasar, manusia semakin perlu menikmati produk yang dihasilkan oleh dirinya di pasar dengan tentunya topangan penghasilan yang layak. Untuk menikmati hasil produksi itu butuh waktu lebih. Contoh sederhana, ada produk  gatget, tentu anda harus menyediakan waktu untuk menikmatinya, ada produk  mobil, butuh waktu untuk mengendarai, ada produk hotel dan restoran anda perlu lebih banyak libur, ada produk pakaian mewah, anda perlu waktu untuk memamerkannya, ada produk bioskop, youtobe, pertunjukan, dll. Semakin banyak produk dihasilkan, anda membutuhkan waktu dan orang untuk menikmatinya. Bagaimana bila produk banyak dihasilkan teknologi tapi waktu dan jumlah manusia penikmat terbatas? Yang terjadi pasti kelebihan produk dipasar dengan permintaan yang minim. Para produsen akan bersaig untuk harga yang murah dan akibatnya buruh akan dibayar murah. Ini seperti siklus keseimbangan alam.

Semua itu adalah analogi  ekonomi sederhana. Yang terjadi sekarang adalah, para investor kurang tertarik berinvestasi di negara India dan Indonesia walau penduduknya besar, karena pasarnya tidak memadai. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan juga staknan.  Gini Rasio indonesia  yang termasuk tertinggi di dunia membuat indonesia tidak diminati oleh produk-produk berteknologi modern.

Negara-negara yang mulai memangkas jam kerja ternyata mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya yang sebelumnya merosot tajam. Ini membuktikan bahwa perkembangan teknologi harus seiring dengan permintaan pasar. Robot tidak dapat menikmati hasil produknya sendiri tentunya. Manusialah yang menjadi pusat dari segala produk, oleh karena itu semua produk dibuat harus  untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.

Apakah yang seharusnya dilakukan:

  1. Bahwa UU No. 13/ 2003 masih cukup relevan untuk industri formal.
  2. Menambah Jam Kerja lembur  akan menghilangkan 1,5 juta pekerjaan untuk kaum muda.    Mahasiswa harus menolak RUU ini, karena mereka terancam jadi penganggur  massal.
  3. Pengurangan jam kerja bertahap dari 40 jam seminggu, 38, 37 sampai 35 dalam 6 tahun ke depan.      Karena  6 tahun ke depan Indonesia akan dibanjiri teknologi modern bila konsisten mengurangi jam kerja dan meningkatkan kemampuan serapan pasar dengan peningkatan kesejahteraan.
  4. Melakukan sosialisasi yang massif untuk menabungkan dana pesangon ke DPLK agar para buruh  yang di PHK akibat perubahan teknologi mendapatkan kepastian kompensasi yang layak dan  pengusaha tidak diberatkan oleh pesangon karena dana yang tidak tersedia.
  5. Memprioritaskan anggaran BPJS TK untuk investasi Pra Kerja.
  6. DPR RI menghentikan dan menolak pembahasan Omnibus  Law Cika yang bersifat eksploitatif, karena memungkinkan  terciptanya pemerintahan yang otoriter dan system perburuhan yang menghancurkan ekonomi  negara diakibatkan konsep OLCK yang berdampak pada:      #Membanjirnya pekerjaan temporer dan tak terkontrol.                                                                    #Sulitnya mendapatkan para pekerja     yang  loyal dan mudah akibat banyaknya agen dan mafia #ketenagakerjaan yang diakibatkan perluasan outsoursing dan buruh kontrak.                                  #Tingkat pengangguran yang semakin tinggi akibat kegamangan mengadaptasi  perubahan               teknologi yang menghilangkan         peluang kerja 1,5 juta pekerjaan per tahun dan 1,5 juta           akibat penambahan jam lembur.                                                                                                       # Ketimpangan sosial semakin tinggi, dan angka kejahatan meningkat tajam.                                   # Kas BPJS TK dan PBJS  Kesehatan jebol. Diakibatkan oleh peningkatan iuran yang tinggi dan      biaya operasional yang tinggi untuk marketing karena meningkatnya pekerjaan informal atau        informalisasia pekerjaan formal. Akibatnya biaya kesehatan makin mahal dan  BPJS TK tekor.   #Para pengusaha kepayahan, biaya siluman dan korupsi meningkat drastis karena pengawasan          perburuhan baik oleh serikat maupun pemerintah dilemahkan, dengan cara menghapus peran        pemerintah dalam melarang PHK yang tidak sesuai ketentuan dan prosedur.                                  #Rating Indonesia sebagai tujuan investasi jeblok dan Indonesia terancam menjadi negara                gagal,  karena system perburuhan yang dimiliki tidak compliance dan bertentanngan dengan          International Labor Standard (ILS) dan Guideline Prinsip Global Bisnis yang mensyaratkan          Due Diligent.
  7. Bahwa Produktivitas, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi adalah faktor penghitungan upah yang perlu dipertimbangkan dalam perturan dan rancangan perundangan. Menghitung kenaikan upah hanya berdasarkan pertumbuhan ekonomi saja adalah merupakan tindakan eksploitatif. Karena pertumbuhan ekonomi pada saat pandemi Covid 19 dan pada saat transisi ekonomi  sangat minim bahkan minus. Peningkatan nilai upah  bersinergi dengan serapan produk di pasar sehingga  sangat menentukan bagi kontribusi pertumbuhan dan transisi yang baik.





 
 














Sabtu, 15 Februari 2020

Kebijakan Omnibus Law Cipta Kerja Adalah Kebijakan Perdagangan bukan Ketenagkerjaan


Kebijakan Omnibus Law Cipta Kerja 
Adalah Kebijakan Perdagangan bukan Ketenagkerjaan

 Oleh: Eduard P. Marpaung

Dari 11 kluster Cipta Kerja:

 1. Penyederhanaan perizinan tanah
2. Persyaratan investasi
3. Ketenagakerjaan
4. Kemudahan dan perlindungan UMKM
5. Kemudahan berusaha
6. Dukungan riset dan invoasi
7. Administrasi pemerintahan
8. Pengenaan sanksi
9. Pengendalian lahan
10. Kemudahan proyek pemerintah
11. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Semuanya adalah titipan Perdagangan Bebas atau WTO melalui WB, kecuali ketenagakerjaan. Karena ketenagakerjaan bukanlah bagian dari proteksi perdagangan. Namun anehnya WB selalu memasukkan Ketenagakerjaan menjadi salahsatu list hambatan dalam Kemudahan Berinvestasi.Negara-negara maju biasanya lebih menuntut keterbukaan perdagangan, padahal sebnarnya mereka membungkus proteksi dengan alasan sektoral. Pertanian, logam, dan beberapa sektor unggulan biasanya mereka kecualikan. Tapi sangat keras menekan Negara miskin dan berkembang untuk  membuka pasar seluas-luasnya untuk membuka hambatan perdagangan (yang mereka cover dengan idiom investasi).



Dalam tulisan L. Alan Winters sebelumnya telah dikupas bagaimana  Kebijakan perdagangan bukan merupakan kebijakan ketenagakerjaan dan seharusnya tidak diharapkan memiliki efek besar pada keseluruhan pekerjaan. Ketika itu terjadi, itu karena ia berinteraksi dengan distorsi di pasar tenaga kerja, yang bervariasi dari satu negara ke negara dan dari waktu ke waktu. Tidak ada generalisasi yang layak, dan berusaha untuk membuatnya cukup banyak merupakan tugas orang bodoh. Pembuat kebijakan yang ingin meningkatkan lapangan kerja, harus memikirkan tentang keseimbangan ekonomi agregat dan institusi pasar tenaga kerja, dan tidak mengganggu perdagangan internasional.


Kebijakan  stimulus terus menerus untuk memancing investor masuk atau memenuhi semua keinginan dan peluang membuka sebebas-bebasnya pasar adalah tindakan bodoh.  Bahkan proteksi diperlukan untuk sektor tertentu dalam rangka mempertahankan pekerjaan, walaupun dalam jangka panjang juga tidak positif. Membuka perdagangan seluas-luasnya untuk memudahkan hambatan pajak, tariff dan bea juga tidak punya pengaruh cepat terhadap penciptaan lapangan kerja. Justru mengakibatkan banyaknya kehilangan pekerjaan, mengingat akan sangat terbuka peluang bagi import atau produk barang atau teknologi  dari luar masuk dan mematikan produk dan hilangnya peluang kerja dalam negeri.  Mungkin jangka panjang dapat menyerap tenaga kerja, namun itupun belum ada kepastian, karena ada banyak aspek dalam ekonomi makro yang juga dapat menghambat perdagangan.

Kebijakan pemerintah untuk memberi stimulus berlebihan dalam struktur OLCK sama sekali tidak memiliki premis atau riset yang konkrit. Bahkan berdasarkan riset  L. Alan Winters tidak ada kaitan sama sekali cipta kerja dengan kebijakan stimulus perdagangan.
Lalu untuk apa kebijakan OLCK ini dibuat? Tidak lain untuk memenuhi keinginan para investor tertentu dari lokal dan global yang memiliki kategori kerakusan. Karena kenyataannya dalam OLCK ini memuat berbagai produk pengurangan hak-hak buruh dan kenyamanan dari para mavia pemodal untuk memeras buruh.


1. Penghilangan kewajiban Negara dalam perlindungan kehilangan pekerjaan secara konstitusi
2. Memfleksibelkan seluas-luasnya alih daya dan membuka peluang tidak adanya tanggungjawab atas hak-hak buruh baik oleh pemberi pekerjaan maupun kontraktor.
3. Tidak adanya pengecualian bagi pekerjaan yang dapat dilakukan kontrak jangka pendek atau sifat pekerjaan yang bisa dikerjakan secara tidak layak. Negara melegitimasi pekerjaan buruk secara konstitusi menjadi halal.
4. Pengurangan pesangon dengan alasan pesangon Indonesia terbesar di Asean.
Padahal  Pengusaha Indonesia adalah pembayar kontribusi terendah untuk jaminan sosial termasuk untuk  pensiun dan hari tua. Bahkan tidak sampai setengah Vietnam yang disebut-sebut sukses menyabet hati para investor.  Bila dihitung pesangon buruh hanya 8% kontribusi dari pengusaha  per bulan, bila ditambahkan ke kontribusi lain tidak sampai 15%. Sementara Vietnam pengusahanya membayar kontribusi 18% belum ditambah pesangon yang sekitar 4% an per bulan. Bahkan dari segi Upah Minimum, di Vietnam tidak ada lagi yang dibawah 2 juta per bulan, sementara di Jawa Barat dan Jawa Tengah masih ada yang 1,6 s/d 1,8 juta  per bulan. Yang nyata adalah bahwa banyak pengusaha yang tidak menabungkan uang pesangon pada lembaga keuangan atau asuransi, tapi dikantongi di dompet kas perusahaan. Sehingga ketika tiba pembayaran pesangon menjadi berat dan menyalahkan pemerintah. Pegusaha seperti ini adalah pengusaha rakus yang mau enaknya saja. Memang ada tambahan jaminan kehilagan pekerjaan, tapi sepenuhnya diambil dari iuran buruh yang akan dikurangkan dari hak upahnya.
5. Perpanjangan Lembur.
Ini juga, konsep yang tidak nyambung. Negara-negara maju berlomba mengurangi jam kerja dengan tanpa mengurangi konpensasi, agar produktivitas meningkat. Di samping itu ada prinsip solidaritas, agar tenaga kerja yang menganggur dapat terserap. Dengan pengurangan jam kerja 5 jam seminggu, maka untuk 7 orang buruh dapat menambah satu penganggur masuk dalam angkatan kerja. Di Indonesia justru menambah lembur satu jam per hari. Artinya bila seminggu buruh masuk 6 hari, maka aka nada 6 jam kerja yang bertambah. Untuk 6 orang yang lembur telah hilang satu peluang kerja. Bila ada 10 juta saja yang lembur maka akan ada 1,6 juta buruh yang terhambat masuk ke dunia kerja. Bukankah bila ini  konsep pemerintah , ini merupakan konsep yang tolol untuk CIPTA KERJA?  Dari analisa ini saja gampang sekali menilai bahwa RUU ini tidak untuk Ketenagakerjaan.
6. Cuti Besar dan cuti Maternitas dihapus
Buruh tidak diperkenankan cuti Besar, Cuti Haid, Melahirkan, Keguguran, menghitankan, membabtiskan anak, Cuti Menjalankan tugas Negara atau Serikat Buruh, Cuti Istri melahirkan, Sakit, dengan mendapat upah.
Tidak ada lagi peri kemanusiaan dan keberadaban budaya. Juga Kebebasan berserikat untuk menjalankan tugas organisasi atau Negara dengan kompensasi upah.  Negara tidak memproteksi kebebasan berserikat sesuai Konvensi ILO 98. Tidak boleh ada tindakan yang menyebabkan pemberhentian, atau secara lain merugikan buruh berdasarkan keanggotaan serikat buruh atau karena  turut serta dalam tindakan-tindakan serikat buruh di luar jam-jam bekerja atau dengan persetujuan majikan dalam waktu jam bekerja. Negara dalam hal ini diabaikan dan tidak dihargai dan dilecehkan. Hak-hak perempuan tidak dihargai dan Negara abai memberi perlindungan reproduksi dan maternitas sesuai Konvensi ILO, Universal Social Security Coverage.   
7. Mengijinkan pekerjaan berbasis satuan dan hasil.
Kosep ini tidak jelas sama sekali. Karena tidak ada kejelasan bagaimana hinungan keja dan bagaimana kompensasinya dibayarkan. Karena basis satuan waktu dan hasil biasanya sifatnya borongan ke alih daya dan pihak alih daya yang memanage pekerjaan dan kompensasi, yang pada gilirannya kompensasi dibayarkan mingguan, harian dan bulanan. Karena tidak ada managemen yang mau repot ngurusin konpensasi berdasarkan konsep tradisional. Kecuali ini diberlakukan untuk kemitraan. Namun kemitraan seperti online transport, taxi, transporter, tidak dijelaskan dalam konsep ini. Bahkan RUU ini terkesan melempar semua ke Peraturan Pelaksana.  
8. Struktur Upah  
Sruktur Upah dibagi dalam 3: UMP, Upah Padat Karya dan Upah Buruh Mikro. 1. Untuk UMP, tetap ditentukan oleh Gubernur, dan bila UMP dengan rumus Nasional tidak ditaati maka dikenakan sanksi tidak hanya bagi Gubernur tapi juga Buruh dengan menerima UMP tahun sebelumnya. 2. Untuk upah Padat Karya (tidak jelas devinisinya) karena mayoritas manufaktur kita mengandalkan keunggulan komparatif tenaga kerja murah. Untuk UPK ini dibayarkan dengan system negoisasi Bipartit. Sementara untuk Upah Mikro, dapat dibayarkan sebatas garis kemiskinan Rp. 425.250/bulan, sesuai hasil hitungan BPS tahun ini. Para Pelaksanan alih daya yang memiliki buruh sampai 50 TK dengan modal dibawah 1 Milyar, bolehlah dapat untung besar, perbanyak lembur dan tidak perlu banyak pekerja. Buruhnya paling banter dapat 1,5 juta sebulan dengan bekerja 12 jam sehari. 7  to 7 selama 6 hari. Dijamin anak gak pernah ketemu dan libur ambir lembur besar.


Kesimpulan:
1. Bahwa Omnibus Law Cipta Kerja OLCK adalah konsep RUU Perdagangan yang memaksakan konteks ketenagakerjaan masuk menjadi objek eksploitasi.
2. Tidak ada hubungan yang secara teoritis dan empirik  bahwa kebijakan perdagangan akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja apalagi terhadap peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh. Justru yang diekspose secara langsung dalam RUU ini adalah eksploitasi terhadap ketenagakerjaan.
3. Bahwa system Ketenagakerjaan di Indonesia tidak lebih kaku dari system ketenagakerjaan di Asean lainnya. Baik dari segi pesangon (konpensasi jaminan sosial yang dibayar pengusaha), upah, kebebasan berserikat dan hubungan ketenagkerjaan.  Justru 4 tahun belakangan ini pemogokan  jauh berkurang, dialog sosial membaik, bahkan pada saat May Day dilakukan ekspose dan kampanye dengan damai.
4. RUU ini layak untuk ditolak oleh buruh yang dijadikan objek, seolah-olah diciptakan untuk penyerapan tenaga kerja, padahal yang terjadi justru sebaliknya yang terlihat kontras di peningkatan jam lembur. Pemerintah telah menjadikan Liberalisme Perdagangan sebagai agama untuk penciptaan lapangan kerja. Reseach di banyak Negara membuktikan bahwa tidak ada kaitan sama sekali keterkaitan antara kebijakan perdagangan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
5. Pemerintah tidak memiliki konsep dan bangunan narasi yang terstruktur berkenaan OLCK ini, terbukti banyaknya pasal yang membutuhkan interpretasi dalam bentuk peraturan. Hal ini justru akan menambah banyaknya peraturan baru, uji di MK  dan memancing banyak mafia hukum untuk bermain di ranah birokrasi.  
6. Meminta pemerintah untuk focus membenahi perekonomian melalui implementasi kebijakan-kebijakan yang cepat dan berdampak. Karena ada urgensi penurunan pertumbuhan ekonomi yang cukup tajam dalam bidang investasi dari  berbagai Negara baik sektor perkebunan, Olahan Sawit,  pariwisata, industry dan transportasi akibat wabah virus Corona.



Jumat, 14 Februari 2020

Kebijakan Perdagangan Bukan Kebijakan Ketenagakerjaan

Peraturan perdagangan internasional 
dan penciptaan lapangan kerja
Kebijakan perdagangan bukan merupakan kebijakan ketenagakerjaan
dan seharusnya tidak diharapkan memiliki efek besar pada ketenagakerjaan secara keseluruhan
L. Alan Winters
Universitas Sussex dan CEPR, Inggris, Jaringan Pengembangan Global (GDN), India, dan IZA, Jerman

Pengantar
Peraturan perdagangan dapat menciptakan lapangan kerja di sektor-sektor yang dilindungi atau dipromosikannya, tetapi hampir selalu dengan mengorbankan jumlah yang kira-kira setara di tempat lain dalam perekonomian. Pada tingkat spesifik produk atau mikro dan dalam jangka pendek, mengendalikan perdagangan dapat mengurangi impor yang menyinggung dan menyelamatkan pekerjaan, tetapi untuk perekonomian secara keseluruhan dan dalam jangka panjang, posisi ini tidak memiliki dukungan teoretis maupun bukti empiris yang mendukungnya.  Mengingat bahwa perlindungan mungkin memiliki efek lain — biasanya merugikan —, memahami kesulitan dalam menggunakannya untuk mengelola pekerjaan penting bagi kebijakan ekonomi.

Pesan utama penulis
Kebijakan perdagangan bukan merupakan kebijakan ketenagakerjaan dan seharusnya tidak diharapkan memiliki efek besar pada keseluruhan pekerjaan. Ketika itu terjadi, itu karena ia berinteraksi dengan distorsi di pasar tenaga kerja, yang bervariasi dari satu negara ke negara dan dari waktu ke waktu. Tidak ada generalisasi yang layak, dan berusaha untuk membuatnya cukup banyak merupakan tugas orang bodoh. Pembuat kebijakan yang ingin meningkatkan lapangan kerja, harus memikirkan tentang keseimbangan ekonomi agregat dan institusi pasar tenaga kerja, dan tidak mengganggu perdagangan internasional.
 
Motivasi
Impor menyebabkan hilangnya pekerjaan di sektor-sektor yang bersaing dengan impor, sehingga menghentikannya tampaknya akan mempertahankan pekerjaan. Ini juga merupakan politik yang 
menarik, karena dapat disajikan sebagai politisi yang melindungi (perhatikan kata) konstituen mereka dari bahaya yang dihasilkan oleh pasukan asing yang merugikan di mana mereka tidak memiliki
kendali. Ini semua sangat baik, tetapi mengabaikan efek yang melindungi Paul terhadap kemampuan Peter untuk mencari nafkah. Melalui berbagai mekanisme yang dipahami dengan baik, melindungi 
beberapa sektor biasanya membahayakan yang lain dan menghancurkan pekerjaan di sektor-sektor
lainnya, dengan hasil bahwa seseorang berakhir dengan ekonomi yang terdistorsi tetapi sangat sedikit perubahan dalam pekerjaan secara keseluruhan.
 
Diskusi pro dan kontra Dalam versi paling sederhana dari model neoklasik ekonomi yang berlaku saat ini, tingkat pekerjaan dan pengangguran jangka panjang ditentukan oleh variabel ekonomi makro dan lembaga pasar tenaga kerja, bukan oleh perdagangan dan tidak sama sekali oleh kebijakan perdagangan. Jadi, menurut pandangan ini, kebijakan perdagangan tidak memiliki dampak jangka panjang pada tingkat pekerjaan. Akan tetapi, bahkan neoklasik, mengakui bahwa, dalam jangka pendek, tingkat kegiatan ekonomi dapat dipengaruhi oleh guncangan perdagangan atau perubahan kebijakan perdagangan; 
Namun, mereka berpendapat bahwa dengan tidak adanya perubahan lain, pasar tenaga kerja pada akhirnya akan kembali ke ekuilibrium sebelumnya.
 
Sebaliknya, sekolah strukturalis menolak Hukum Say’s yang menuntut ekspansi untuk menyerap pasokan, dan mendalilkan bahwa guncangan kebijakan perdagangan dan perdagangan dapat
memengaruhi pekerjaan secara permanen dengan menciptakan atau menghancurkan pekerjaan dengan sedikit atau tanpa penyesuaian di sektor-sektor ekonomi yang tidak secara langsung dipengaruhi oleh syok [1].
 
Perbedaan dalam pendekatan mencerminkan penyederhanaan spesifik dalam strategi pemodelan yang berbeda, yang pada gilirannya berasal dari persepsi yang berbeda tentang kecepatan penyesuaian dan periode waktu yang tepat untuk dianalisis. Teori neoklasik berfokus pada jangka panjang. Teori strukturalis berfokus pada periode waktu yang cukup singkat sehingga penyesuaian penuh belum terjadi dan mengingatkan kita bahwa, tentu saja bagi orang-orang yang terkena dampak, jalur penyesuaian bisa cukup panjang dan menyakitkan untuk mendominasi pandangan mereka tentang kebijakan perdagangan yang tepat.
 
Faktanya, dikotomi tidak harus ekstrem seperti yang disarankan paragraf sebelumnya. Para ahli teori telah memodifikasi model neoklasik untuk ditambahkan jenis ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja yang menciptakan pengangguran bahkan dalam ekuilibrium. Memperkenalkan upah efisiensi dan pencarian pekerjaan ke dalam model perdagangan dapat menyebabkan banyak keseimbangan, dan prediksi tentang keduanya (tidak) pekerjaan dan dampak kesejahteraan dari liberalisasi perdagangan menjadi ambigu secara kualitatif [2]. Dalam dukungan empiris parsial dari spesifikasi yang lebih umum dari model perdagangan, pergantian tenaga kerja dan sikap terhadap liberalisasi perdagangan konsisten dengan keberadaan jenis-jenis gesekan ini selama periode waktu yang signifikan.
 
Sayangnya heterogenitas ekonomi dan kesulitan mengisolasi kebijakan perdagangan dari kebijakan lain dan dari pengaruh hasil pasar kerja membuat uji statistik sederhana antara kedua pandangan ini menjadi tidak mungkin. Jadi, itu menyisakan hasil parsial dan perkiraan, yang pada gilirannya meninggalkan banyak ruang untuk penilaian oleh pembuat kebijakan.
 
Pekerjaan agregat
Bukti empiris yang lebih langsung, berdasarkan data panel, menunjukkan bahwa ketika perdagangan didorong terutama oleh keunggulan komparatif Ricardian (berdasarkan perbedaan teknologi antar negara), perlindungan meningkatkan tingkat pengangguran di seluruh negara [3]. Beberapa liberalisasi perdagangan permanen mengungkapkan perbedaan mencolok dalam tingkat pengangguran jangka pendek dan jangka panjang terhadap liberalisasi perdagangan. Sementara efek langsung mengurangi hambatan perdagangan cenderung menjadi peningkatan pengangguran, jangka panjang melihat pembalikan kenaikan ini dan akhirnya penurunan pengangguran. Artinya, penyesuaian membutuhkan waktu tetapi, setidaknya dalam dimensi ini, menawarkan pengembalian positif dalam jangka panjang.
 
Di mana perdagangan lebih ditentukan oleh perbedaan faktor pendukung (kerangka kerja Heckscher-Ohlin) daripada oleh perbedaan teknologi, teori perdagangan internasional standar  memprediksi bahwa di negara-negara kaya modal liberalisasi perdagangan akan meningkatkan pengembalian modal dan (dalam bentuk paling sederhana dari model) benar-benar mengurangi mereka menjadi tenaga kerja (seperti yang diprediksi oleh teorema Stolper-Samuelson). Jika friksi' pencarian kerja ditambahkan ke pasar tenaga kerja, itu juga menghasilkan pengangguran yang lebih
tinggi. Dalam ekonomi yang berlimpah tenaga kerja, tenaga kerja adalah pemenang dari liberalisasi perdagangan, dan hasilnya adalah pengangguran yang lebih rendah. Ada bukti empiris yang lemah untuk hasil ini, tetapi didominasi oleh hasil pada paragraf sebelumnya.
 
Tekanan untuk menggunakan kebijakan perdagangan untuk mendukung pekerjaan mungkin paling kuat di negara-negara maju, seperti Eropa, dan AS. Meskipun kebijakan perdagangan di negara-
negara ini bersifat sektoral (menggunakan kebijakan perdagangan khusus sektor untuk mendukung pekerjaan di, katakanlah, pertanian, baja, atau tekstil), bukti dari negara-negara yang kaya modal mengisyaratkan bahwa mungkin ada efek agregat, di setidaknya untuk beberapa tahun [3]. Pertanyaan kunci untuk hasil agregat bukanlah apakah persaingan impor menghancurkan pekerjaan di sektor- sektor yang terkena dampak, tetapi apakah pekerja yang dipindahkan diserap kembali ke dalam angkatan kerja dengan cepat dan tanpa mengorbankan upah terlalu banyak.
 
Mempekerjakan kembali pekerja yang dipindahkan Bukti akhir abad ke-20 untuk AS menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan secara tidak proporsional menggusur pekerja yang kurang berkualitas dari manufaktur, bahwa sekitar sepertiga dari mereka tidak dipekerjakan kembali dalam beberapa tahun (waktunya tidak tepat dalam pekerjaan ini), dan bahwa mereka yang dipekerjakan kembali mengalami pemotongan rata-rata upah 13% [4]. Pengangguran kembali lebih cepat dan lebih penuh pada 1990-an daripada 1980-an, yang memperkuat titik jelas bahwa lembaga pasar tenaga kerja dan daya apung umum ekonomi dan pasar tenaga kerja merupakan penentu utama kecepatan reabsorpsi. Biaya untuk pekerja ini harus dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan, tetapi mengklaim bahwa mereka adalah faktor dominan tidak dibenarkan dengan baik.

Memukul negara-negara miskin Tidak ada bukti kuat bahwa liberalisasi perdagangan secara tidak proporsional memukul yang lemah dan miskin di negara-negara berkembang. Memang, seseorang dapat mengidentifikasi kasus-kasus di mana liberalisasi perdagangan diikuti oleh pertumbuhan lapangan kerja yang sangat cepat. Masalahnya, tentu saja, adalah bahwa dalam kasus-kasus ini jauh lebih banyak daripada kebijakan perdagangan diubah, sehingga atribusi pasti agak kabur.

Meningkatkan keterbukaan
Sebuah studi makroekonomi menunjukkan bahwa meningkatnya keterbukaan merupakan penyebab penurunan dramatis dalam tingkat pengangguran alamiah di Singapura [5]. Memperkenalkan tawar-menawar upah dan serikat pekerja ke dalam ekonomi dua-sektor faktor-spesifik yang menentukan tingkat pengangguran alamiah secara alami (lihat Endogenitas atau eksogenitas?). Antara 1966 dan 2000 — ketika rasio keterbukaan (jumlah ekspor dan impor relatif terhadap produk domestik bruto (PDB)) meningkat dari sekitar dua menjadi hampir tiga — harga relatif barang-barang ekspor  meningkat, dan terjadi akumulasi modal yang cepat di sektor ekspor. Kedua fenomena ini meningkatkan produk marjinal (dan, karenanya, upah) tenaga kerja dalam hal barang dan jasa yang tidak dapat diperdagangkan, dan membantu memperluas lapangan kerja secara keseluruhan empat kali lipat (ketika populasi meningkat dua kali lipat).
Efek langsung dari akumulasi lebih besar daripada harga relatif, meskipun yang terakhir, konsekuensi alami dari liberalisasi perdagangan, bisa dibilang merupakan faktor penyebab utama di balik pengalaman Singapura. Bahkan jika para pengusaha berinvestasi terlebih dahulu dan kemudian mencari pasar untuk barang-barang mereka, seperti yang dipertahankan oleh beberapa orang, pasar dalam negeri tidak akan pernah bisa menyerap jumlahnya, jadi liberalisasi perdagangan adalah kunci untuk menjual dalam jumlah besar tanpa harga jatuh. Hasilnya kuat apakah harga relatif atau akumulasi, atau keduanya, eksogen atau endogen.
 
Tinjauan sistematis terbaru dan meta-studi literatur menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, hasil empiris pada reformasi kebijakan perdagangan dan pekerjaan agregat (tidak) menunjukkan sedikit efek sistematis [6]. Tetapi ada kecenderungan untuk studi yang mengaitkan keterbukaan dengan pekerjaan untuk menemukan hubungan positif di antara mereka.
Pekerjaan sektoral
Banyak studi sektoral menunjukkan bahwa perlindungan untuk sektor yang bersaing dengan impor atau lonjakan ekspor untuk sektor yang dapat diekspor terkait dengan peningkatan lapangan kerja. Menerjemahkan ini ke dalam liberalisasi perdagangan berbasis luas yang mendorong impor dan ekspor akan menyarankan realokasi tenaga kerja dari yang pertama ke yang terakhir. Mauritius, selama periode industrialisasi, 1971-1991, menawarkan beberapa dukungan untuk pandangan ini. Sektor-sektor yang dapat diekspor memperoleh lapangan kerja (dan upah), tetapi sektor-sektor yang dapat diimpor juga melakukan hal yang sama, meskipun ada hambatan perdagangan yang tampaknya membuka mereka untuk kompetisi yang lebih besar. Fakta terakhir dapat dikaitkan dengan efek keseimbangan umum liberalisasi (dan kebijakan lain yang mendorong industrialisasi), yang menyebabkan ekonomi berkembang dengan kuat. Hasil serupa ditemukan di tempat lain untuk beberapa negara — seperti Vietnam.
skenario yang kurang optimis telah ditemukan untuk liberalisasi perdagangan Brasil pada 1990-an 


[7]. Pemotongan tarif atas barang-barang akhir memindahkan pekerja dari sektor-sektor yang bersaing impor, tetapi eksportir gagal menyerap pekerja-pekerja ini, meskipun mereka memperluas 
output mereka. Dengan demikian, tarif produk yang lebih rendah tampaknya mempercepat transisi pekerja menjadi pengangguran atau keluar dari angkatan kerja. Studi yang sama, bagaimanapun, menemukan bahwa tarif yang lebih rendah pada input ke dalam manufaktur meningkatkan lapangan kerja.

Realokasi sektoral
Bagi negara-negara berkembang, sangat masuk akal bahwa sektor-sektor yang bersaing dengan ekspor dan impor berkembang dengan liberalisasi perdagangan: Industrialisasi menarik pekerja keluar dari pertanian subsisten tingkat rendah dan menjadi lapangan kerja terukur di sektor-sektor yang lebih mudah diamati dan seringkali lebih formal. Setidaknya pada awalnya, transfer ini tidak dibatasi oleh kenaikan upah. Untuk negara-negara yang telah melewati tahap surplus tenaga kerja dalam pembangunan, sebaliknya, realokasi yang diprediksi, ditambah dengan pekerjaan agregat yang cukup diam, tampaknya lebih mungkin.
Untuk alasan ini, cukup merupakan misteri mengapa guncangan kebijakan perdagangan atau perdagangan umumnya tidak menghasilkan realokasi dalam jumlah besar. Sebuah studi yang
berpengaruh menguji apakah liberalisasi perdagangan di 25 negara berpenghasilan menengah memiliki efek realokasi yang diprediksi pada pola pekerjaan lintas sektor dan dalam pekerjaan agregat [8]. Pada tingkat sembilan sektor ekonomi yang luas, reformasi perdagangan muncul, jika ada, untuk mengurangi tingkat rata-rata realokasi tenaga kerja di bawah tingkat pra-reformasi dan hanya memiliki sedikit pengaruh secara agregat. Jika kita melihat data pada tingkat disagregasi yang lebih baik dari sektor manufaktur, reformasi perdagangan dikaitkan dengan peningkatan realokasi (meskipun ini kecil, tidak didefinisikan dengan baik dan tidak terlalu kuat) dan kecenderungan untuk pekerjaan manufaktur agregat turun. Dengan demikian, kebijakan perdagangan tampaknya tidak bertanggung jawab atas kontraksi grosir sektor-sektor, walaupun mereka mungkin mendorong perubahan struktural  dalam sektor manufaktur karena sektor tersebut secara keseluruhan menurun.
Pada nilai nominal, hasil-hasil tersebut merupakan tantangan bagi teori neoklasik, yang, setelah semua, mencirikan manfaat perdagangan sebagai menyusutnya produksi yang bersaing impor dan perluasan produksi yang dapat diekspor [8]. Tetapi mereka mungkin bisa dijelaskan dalam sampel liberalisasi yang diteliti. Seperti di Mauritius, liberalisasi yang berhasil menyebabkan ekspansi ekonomi yang memungkinkan semua sektor untuk bertahan hidup, jika tidak berhasil. Dan dalam banyak kasus, reformasi mewakili kemunduran dari kebijakan pengganti impor yang lebih memilih manufaktur, sehingga kontraksi lapangan kerja di bidang manufaktur tidak mengejutkan.

Liberalisasi bervariasi di antara mereka sendiri dalam kedalaman, sifat, dan konteks, sehingga setiap harapan untuk menemukan efek seragam tunggal seharusnya tidak terlalu tinggi! Apakah negara-negara dengan fleksibilitas pasar tenaga kerja yang lebih besar memiliki realokasi yang lebih besar? Ternyata tidak [8]. Tetapi pengejaran aktif kebijakan untuk mendorong mobilitas lintas sektoral efektif dalam mencapai realokasi yang lebih besar. Dengan demikian, sementara kegagalan teori sederhana tentang perdagangan hanya menggeser sumber daya antar sektor dan tidak lagi harus dicatat, tidak jelas bahwa wawasan dasar teori itu cacat.
 
Realokasi antarsektor
Teori dan kerja empiris baru-baru ini oleh para sarjana perdagangan internasional telah mulai membahas respons terhadap reformasi perdagangan, yang mendukung hasil yang sangat alami sehingga berkaitan dengan perusahaan yang berbeda - heterogenitas perusahaan, dalam bahasa sarjana perdagangan. Realisasi tenaga kerja yang terjadi dari perusahaan yang lebih lemah ke daya yang lebih besar, lebih sering dari yang meningkatkan investasi yang meningkat, peningkatan produktivitas yang lebih tinggi, dan pencarian yang lebih rajin untuk tenaga kerja yang lebih baik. 
Hal ini memungkinkan pertumbuhan yang kuat dalam output sektoral tanpa peningkatan signifikan dalam bidang kerja sektoral. Analisis ini juga menunjukkan bahwa realokasi interirmtoral tetapi 
intrasektoral ini sering membantu dengan meningkatkan permintaan tenaga kerja relatif terhadap tenaga kerja tidak meningkatkan. Sebuah studio seminal tentang perusahaan-perusahaan Meksiko yang menunjukkan peningkatan ekspor yang mengikuti devaluasi peso pada tahun 1994 mendorong perusahaan-perusahaan yang lebih kuat untuk meningkatkan kualitas produk dan tenaga kerja mereka, dan untuk membeli upah yang lebih tinggi [9]. Dalam penelitian ini, seperti dalam banyak lainnya, efek ini digunakan untuk menjelaskan premi pelebaran dari tingkat kerja, tetapi memahami dasar menjelaskan dalam ruang
 
Intensitas keterampilan
Untuk dampak penciptaan serikat pabean, MERCOSUR, pada perusahaan Argentina, pertimbangkan model di mana perusahaan memilih antara dua teknologi produksi yang berbeda dalam intensitas keterampilan mereka [10]. Dalam ekuilibrium ada tiga jenis perusahaan: eksportir intensif keterampilan, eksportir tidak terampil, dan perusahaan berorientasi domestik tidak terampil.
Pengurangan tarif di pasar ekspor mendorong lebih banyak perusahaan untuk masuk dan meningkatkan ke teknologi intensif keterampilan, meningkatkan pangsa pasar perusahaan yang lebih produktif. Model ini tampaknya sesuai dengan data dengan cukup baik.
 
Memperluas model menunjukkan bahwa keuntungan dari perusahaan yang lebih baik dan investasi berikutnya menghasilkan permintaan yang lebih tinggi untuk pekerja terampil dan meningkatkan premi keterampilan. Ini memaksa perusahaan yang paling tidak produktif untuk menurunkan keterampilan yang mereka cari. Menguji model terakhir pada data perusahaan Argentina yang mengeksploitasi penurunan diferensial dalam tarif Brasil di seluruh sektor menunjukkan bahwa perusahaan kecil menurunkan keterampilan, sementara perusahaan besar meningkatkannya sebagai respons terhadap penurunan tarif Brasil. Efek bersih pada pangsa tenaga kerja terampil adalah positif dan menyiratkan bahwa sepertiga dari peningkatan pangsa kerja tenaga kerja terampil di Argentina antara tahun 1992 dan 1996 dijelaskan oleh pengurangan tarif Brasil.
 
Perhatikan bahwa analisis melihat pengurangan perlindungan di pasar ekspor utama Argentina, bukan di Argentina sendiri. Tetapi sifat dari perjanjian perdagangan seperti MERCOSUR bahwa untuk memenangkan konsesi oleh mitra, Argentina harus menawarkan untuk mengurangi perlindungannya sendiri. Ini akan memengaruhi perusahaan pesaing impor Argentina, dan hasil lain dalam literatur
sangat menyarankan bahwa meningkatnya persaingan di sektor-sektor ini juga cenderung cenderung lebih kuat daripada perusahaan yang lebih lemah, dan tenaga kerja terampil daripada tenaga kerja tidak terampil.
 
Buruh informal
Salah satu masalah yang menarik komentar kebijakan adalah apakah liberalisasi perdagangan mengarah pada penekanan yang lebih besar pada pasar tenaga kerja informal daripada formal. 
Pertanyaan itu sarat dengan kesulitan karena seseorang perlu memiliki gagasan yang jelas tentang apa tepatnya jumlah informalitas, yang bervariasi di setiap negara dan studi. Meski begitu, buktinya cukup beragam [11]. Hasilnya bisa dibilang tergantung pada seberapa fleksibel pasar tenaga kerja. 
Jika mereka tidak fleksibel — seperti di Kolombia pada akhir 1980-an — perusahaan di sektor yang berkembang akan lebih menyukai pekerjaan informal daripada formal karena lebih murah dan lebih mudah untuk dilepaskan. Tetapi jika mereka lebih fleksibel — seperti di Brasil dan Kolombia setelah 
1990 — ini tidak benar.
 
Keterbatasan dan kesenjangan
Analisis dibatasi oleh beberapa faktor. Tetapi akan keliru untuk menyimpulkan — dari fakta bahwa kesimpulan bahwa kebijakan perdagangan tidak banyak berpengaruh pada ketenagakerjaan memiliki keterbatasan teknis — karena itu dampaknya kuat (dan dari tanda apa pun yang lebih disukai seseorang) Masih menjadi masalah bahwa upaya terbaik kita dalam teori dan empiris menuntun kita untuk berharap sedikit dari kebijakan perdagangan internasional untuk pekerjaan agregat. Batasan tersebut meliputi:
 
Ada bahaya bahwa kebijakan perdagangan dipengaruhi oleh hasil pasar kerja (endogenitas), sehingga mengamati bahwa hubungan dapat bercampur dengan apa pun yang mempengaruhi kebijakan 
perdagangan terhadap pasar tenaga kerja. Mendefinisikan sikap kebijakan perdagangan keseluruhan dan pekerjaan agregat menghadirkan tantangan. Misalnya, haruskah pekerjaan terampil dilihat secara berbeda dari pekerjaan tidak terampil? 
Bagaimana seharusnya seseorang mengukur keterbukaan ekonomi?
Sebagian besar dampak dari perdagangan dan kebijakan perdagangan cenderung pada upah seperti pada pekerjaan. Sampel dari perubahan kebijakan perdagangan utama - yang cukup besar untuk bahkan memiliki pengaruh yang dapat terdeteksi pada pekerjaan agregat - kecil. Ini juga mencerminkan keadaan khusus saat itu terjadi (sekitar 1980-2000) dan banyak heterogenitas di seluruh kasus. Jadi, validitas eksternal dari literatur saat ini masih jauh dari sempurna sebagai panduan menuju liberalisasi di masa depan.
 
Ringkasan dan saran kebijakan
Efek dari perubahan kebijakan perdagangan utama terhadap pekerjaan agregat beragam, meskipun ada bukti bahwa, dalam jangka panjang, liberalisasi perdagangan meningkatkan lapangan kerja (setidaknya di negara-negara berkembang) dan bahwa ekonomi yang lebih terbuka memiliki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi, hal-hal lain dianggap sama. . Memang, seseorang dapat mengidentifikasi kasus-kasus di  mana liberalisasi perdagangan diikuti oleh pertumbuhan lapangan kerja yang sangat cepat. Masalahnya, tentu saja, adalah bahwa dalam kasus-kasus ini lebih dari sekedar kebijakan perdagangan telah diubah, sehingga atribusi pasti agak kabur.

Tidak ada hubungan antara Perdagangan Internasional dan Ketenagakerjaan

mereka tawarkan — atau setidaknya mengurangi tingkat penurunan. Tetapi perlindungan seperti itu, melalui pengaruhnya pada bagian ekonomi lainnya, kemungkinan akan mengurangi pekerjaan yang tersedia di sektor-sektor yang berorientasi ekspor.
 
Kebijakan perdagangan bukan merupakan kebijakan ketenagakerjaan dan seharusnya tidak diharapkan memiliki efek besar pada ketenagakerjaan secara keseluruhan. Ketika itu terjadi, alasannya adalah bahwa ia berinteraksi dengan distorsi di pasar tenaga kerja, yang bervariasi dari satu negara ke negara dan dari waktu ke waktu. Sementara efek langsung mengurangi hambatan perdagangan cenderung menjadi peningkatan pengangguran, jangka panjang melihat pembalikan kenaikan ini dan akhirnya penurunan pengangguran. Artinya, penyesuaian membutuhkan waktu, tetapi, setidaknya dalam dimensi ini, menawarkan pengembalian positif dalam jangka panjang.
 
Di mana perdagangan lebih ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung daripada oleh perbedaan dalam teknologi, teori memperkirakan bahwa di negara-negara yang kaya modal, liberalisasi perdagangan akan mendorong pengembalian modal dan benar-benar mengurangi mereka menjadi tenaga kerja. Jika friksi pencarian kerja ditambahkan ke pasar tenaga kerja, efek yang terakhir juga menghasilkan pengangguran yang lebih tinggi. Dalam ekonomi yang berlimpah tenaga kerja, tenaga kerja adalah pemenang dari liberalisasi perdagangan, dan hasilnya adalah pengangguran yang lebih rendah.
 
Pertanyaan kunci untuk hasil agregat bukanlah apakah persaingan impor menghancurkan pekerjaan di sektor-sektor yang terkena dampak, tetapi apakah pekerja yang dipindahkan diserap kembali ke dalam angkatan kerja dengan cepat dan tanpa mengorbankan upah terlalu banyak.
 
Banyak studi sektoral menunjukkan bahwa perlindungan untuk sektor yang bersaing dengan impor atau lonjakan ekspor untuk sektor yang dapat diekspor terkait dengan peningkatan lapangan kerja. Menerjemahkan ini ke dalam liberalisasi perdagangan berbasis luas yang mendorong impor dan ekspor akan menyarankan realokasi tenaga kerja dari yang pertama ke yang terakhir. Reformasi perdagangan tampaknya tidak menyebabkan realokasi tenaga kerja yang besar antar sektor, tetapi masih dapat menyebabkan realokasi antar sektor dari perusahaan yang kurang efisien ke sektor yang lebih efisien. Realokasi tenaga kerja terjadi dari perusahaan yang lebih lemah ke yang lebih kuat, sering kali disertai dengan peningkatan investasi yang belakangan, peningkatan produktivitas yang lebih tinggi, dan pencarian yang lebih rajin untuk tenaga kerja yang lebih baik.
 
Pesan kebijakan dari pekerjaan ini jelas: Jangan berharap kebijakan perdagangan internasional memiliki efek besar atau bahkan dapat diprediksi pada pekerjaan agregat. Pembuat kebijakan yang peduli dengan tingkat ketenagakerjaan harus memikirkan tentang keseimbangan ekonomi agregat dan institusi pasar tenaga kerja, dan tidak mengganggu perdagangan internasional.
 
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada wasit anonim dan editor IZA World of Labour untuk banyak saran bermanfaat pada draft sebelumnya.
 
Minat bersaing Proyek Dunia Perburuhan IZA berkomitmen pada Prinsip-prinsip Panduan Integritas Penelitian IZA. 
Penulis menyatakan telah mematuhi prinsip-prinsip ini.
 
© L. Alan Winters
creation/long