SEJARAH KSBSI
Tahun 1990 an adalah tahun dimana gerakan buruh mengalami titik balik. Pengaruh Global seiring takluknyaan ideologi negara Komunis, melonggarkan kontrol Amerika terhadap politik negara-negara dunia ke-3. Ideologi sosialisme tidak lagi ditakuti karena gerakan prestorika di Rusia telah melemahkan kontrol Partai Komunis terhadap negara. Perlombaan senjata Nuklir pun tidak lagi menjadi ancaman, karena Amerika tidak lagi memiliki tandingan ideologis berbahaya.
Seiring perkembangan global tersebut, kelompok gerakan sosial Internasional mulai melakukan pelonggaran ikatan demokrasi di negara berkembang dengan melakukan investasi pengembangan demokrasi. Banyak lembaga-lembaga sosial pengembang demokrasi dan lingkungan mendapatkan peran yang baik dalam melakukan aktivitas melalui bantu anggaran Internasional. FES Jerman, ACIL’S Amerika adalah dua lembaga Serikat Buruh yang dekat dengan Partai Demokrat di Amerika dan FES yang dekat dengan Partai Sosialis di Jerman, FNV dan CNV Belanda juga mulai melakukan expansi membrikan bantuan teknis kelompok pro demokrasi terutama buruh untuk mengembangkan peran demokratisnya di Negara Indonesia. Mereka melakukan banyak lobby kepada kelompok pro Demokrasi seperti INFIGT, Walhi, termasuk FAS. Program pengembangan kelompok civil society dan tentunya Serikat Buruh adalah target utama dari pengembangan Demokrasi ini.
Awal 1990 an adalah awal dimana gerakan Demokrasi menemukan ladang suburnya unutk tumbuh. HJC Peincen yang sering disebut Poke seorang pemberani keturunan Belanda (http://id.wikipedia.org/wiki/Poncke_Princen) yang memiliki banyak sekali rekanan politik maupun internasional mulai melihat tren global ini sebagai tonggak awal demokrasi dengan memprakarsai pendirian sebuah Koalisi HAM yang bernama Indonesia Front for Defending Human Right (INFIGHT) 1989, dan Serikat Buruh Merdeka Setiakawan (SBMSK) tahun 1990. Namum Serikat Buruh ini gagal menemukan eksistensinya karena adanya tekanan dan lobby dari kelompok pemerintah waktu itu. Organisasi ini lebih merupakan gabungan para elit LSM, para petinggi SPSI yang kecewa dengan SPSI waktu itu. Cita- cita HJC Princen rontok karena adanya lobby pemerintah terhadap Saut Aritonang yang ketika itu diculik intel dan di lobby pemerintah. Organisasi ini tidak berakar karena hanya merupakan kumpulan elit di Jakarta. Kegagalan ini juga akibat tidak adanya pengikat ideologi yang kuat dalam organisasi. Yang banyak menjadi pengurus juga adalah elit SPSI yang tidak punya pengalaman ideologis tentang gerakan buruh dan cenderung pragmatis. Beberapa pengurus SBMSK waktu itu adalah: HJC Princen Ketua, Sekjen Saut Aritonang dari SPSI, Muchtar Pakpahan Sekretaris Eksekutif FAS, Alif Raga Ismet SPSI, dan yang lainnya dari SPSI.
Lemah dan tidak mengakarnya SBMSK akhirnya diklimaks oleh kejadian dan issu menghilangnya Saut Aritonang, dan sekembalinya ternyata tidak bersedia lagi menjadi pengurus akibat lobby pemerintah, dia juga dicurigai didekati oleh intelijen waktu itu.
Semakin melemahnya SBMSK waktu itu dikritisi oleh Alden Tua S.dan Bernard Nainggolan dari FAS dan dan diadakan pertemuan dalam rangka evaluasi. Hasil evaluasi di FAS memutuskan beberapa hal:
1. Perlunya didirikan sebuah serikat buruh independen dengan berbasis buruh yang terdidik , ideologis dan militan.
2. Melibatkan semua kelompok ideologis di masyarakat terutama sosialis religius yang mulai banyak mengkritisi orde baru dan Gus Dur adalah pilihan tokoh yang tepat. Sehingga beberapa anggota dari NU di daerah juga diundang ketika pertemuan buruh nasional di Cipayung 1992 disamping beberapa kelompok buruh di beberapa LSM seperti YBKS Solo, dan FAS Jakarta yang memiliki dampingan di Jabotabek.
3. Para peserta diusahakan adala mayoritas dari buruh di daerah yang aktif dan banyak berinteraksi dengan kelompok LSM dan Mahasiswa.
Dengan kesepakatan tersebut, dibentuklah Panitia Pertemuan Buruh Nasional yang dipimpin oleh Bernard Nainggolan yang anggotanya melibatkan staf yang magang di FAS. Waktu itu David SG Pella mengkonsep Tri Darma SBSI, Amor Tampubolon Mars SBSI dan saya sendiri menggambar Logo SBSI. Semua itu bagian kerja team. Muchtar Pakpahan Waktu itu tidak terlibat dalam kepanitiaan karena dianggap bukan bagian dari buruh dan juga Staf Eksekutif FAS. Muchtar Pakpahan memang aktif memberikan kontribusi, tapi tidak intervensi. Etika agar peran buruh lebih besar di mulai dari pembentukan kepanitiaan.
Untuk pertama kali, Kepengurusan dalam Pertemuan Buruh Nasional diputuskan diurus mayoritas dari buruh:
Ketua Umum : Muchtar Pakpahan LSM (Sekretaris FAS)- SBMSK
Ketua : Subayono Buruh dari Jakarta Utara
Edi Ritonga Buruh dari Ciracas
Jono Sukardi Buruh
Sunarti Buruh Bogor
Sekretaris Jendral Alif Raga Ismet Buruh Jakarta Utara (SBMSK)
Wakil Sekretaris Bernard Nainggolan Staf FAS
Sukariah Buruh Bogor
Bendahara Siti Musdalifah Buruh Ciracas
Wakil Bendahara Acam Sutanto Buruh Bogor
Perubahan Pada Logo.
Logo KSBSI Pada tahun 1992 saya gambar berwarna dengan sparasi penuh. Gambar latar belakang dasar warna biru, daun berwarna hijau, kapas putih dengan tangkai hijau, padi warna kuning, dacing berwarna putih, roda gigi berwarna coklat dan rantai berjumlah 27 sesuai jumlah Provinsi, Pita dibawah lambang berwarna merah dengan tulisan putih dengan nama Serikat Buruh Sejahtera Indonesia. Beda dengan kesaksian para saksi di PN Niaga Jakarta Pusat yang menggambarkan lambang saat ini dengan rantai berjumlah 25 sesuai tanggal kelahiran KSBSI, dan warna dasar putih dengan warna dacing biru, dan roda gigi hitam.
Saksi-saksi di PN Niaga Jakarta Pusat terlihat berbohong, juga Muchtar Pakpahan yang tidak tahu tentang gambar yang dia akui dia buat. Perubahan Logo dilakukan beberapa kali di Kongres. Pertama sekali di Kongres 1993 dengan efisiensi warna karena sparasi warna akan berakibat terhadap harga cetakan. Rantai roda masih tetap 27 sesuai provinsi, namun dacing dan padi kapas berubah menjadi biru, roda gigi berubah warna menjadi hitam, dan warna dasar berobah menjadi warna putih. Pada Tahun 1993 Rantai berada di Kanan.
Pada Kongres II Tahun 1997, Terjadi Perubahan letak rantai di kiri kembali. Baru pada Kongres 2000, saya dimintai pendapat oleh Bapak Jhoni Maulana Simbolon berkenaan dengan logo karena dia mengaku bahwa panitia meminta persetujuan saya sebagai yang menggambar logo untuk melakukan peobahan logo dengan resmi dan saya jawab bahwa logo tersebut telah menjadi milik organisasi dan organisasilah yang berhak melakukan perubahan. Pada tahun 2003 perobahan terjadi pada roda gigi menjadi 25 buah sesuai tanggal lahir KSBSI, 25 April. Hal ini dalam rangka penyesuaian dan menghindari ketidaksesuaian pengartian lambang roda gigi seiring bertambahnya provinsi. Bentuk lambang tidak berubah setelah periode 2003 sampai dengan sekarang.
Dari sejarah ini tidak ada hasil karya pribadi disebutkan terutama dari hasil Pertemuan Buruh Nasional tahun 1992. Klaim pribadi bertenetangan dengan UU hak cipta karena naskah ciptaan buku hasil-hasil Pertemuan Buruh Nasional sudah ada sejak 1992. KSBSI lah yang memiliki sejarah SBSI sesuai UU No. 21 2000. Putusan MA hanya terkait Pembatalan karya ciptaan Rekson Silaban terkait Logo KSBSI, bukan Ciptaan KSBSI sebagai organisasi. KSBSI memiliki pendaftaran ciptaan sendiri terkait semua isi dari AD/ART KSBSI termasuk mars, logo dan tri darma sebalum Muktar Pakpahan Mencatatkan ciptaannya. Ini sesuai dengan naskah ciptaan asli 1992 oleh peserta Kongres.... bukan pribadi Muktar Pakpahan.
Pengurus Dewan Eksekutif Nasional KSBSI Hasil Kongres 2015 |